2017, Titik Balik Bank Permata

foto uang fisik lebih mudah dipergunakan daripada uang elektronik oleh Ruudd Keerr Photography
foto uang fisik lebih mudah dipergunakan daripada uang elektronik oleh Ruudd Keerr Photography

MALIOBORO – Setelah sempat menunjukkan penurunan kinerja mereka, PT Bank Permata Tbk. perlahan mulai bangkit. Tahun 2017 lalu, anak perusahaan Astra ini kembali mencatat laba yang cukup besar. Kinerja yang cukup bagus tersebut membuktikan inovasi mereka berhasil mengangkat performa Bank Permata.

Direktur Utama Bank Permata, Ridha D.M. Wirakhusuma mengakui jika tahun 2016 lalu kinerja Bank Permata memang belum bagus, karena di tahun 2016 lalu Bank Permata mengalami kerugian. Namun tahun 2017 kemarin, mereka berhasil merubah kinerja negatif jadi positif.

“Kami mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp748 miliar pada Desember 2017,” tutur Ridha.

Sebenarnya, lanjut Ridha, di tahun 2017 kinerja kredit mereka mengalami penurunan dibanding tahun 2016 yang lalu. Bank Permata mencatat kredit yang mereka salurkan turun sekitar 7% dibanding dengan tahun sebelumnya.

Ridha menampik jika menurunnya kinerja kredit tersebut karena performance mereka buruk. Hanya saja, tahun 2017 memang menjadi waktu di mana mereka melakukan konsolidasi intern. Konsolidasi evaluasi menyeluruh hingga peneparan strategi mengangkat performance mulai mereka lakukan di tahun tersebut.

Tahun ini, ia mengklaim Bank Permata telah berada di jalur yang tepat menuju profitabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Sebab, di tahun 2017 lalu, Bank telah melakukan konsolidasi dengan memperkuat kerangka manajemen risiko.

“Kami juga berupaya meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan jumlah nasabah dan terus berinvestasi pada produk dan layanan baru. Tak hanya itu, Bank Permata juga telah memperkuat basis permodalan dan mengakhiri 2017 dengan neraca yang jauh lebih kuat,” imbuhnya.

Landasan membaiknya kinerja mereka sudah dimulai pada akhir tahun lalu. Di mana pada kuartal IV/2017 kredit Bank Permata tumbuh 5% dari Rp92,8 triliun pada September 2017 menjadi Rp97,6 triliun pada Desember 2017.

Pertumbuhan pada kuartal IV itu disumbangkan oleh kredit kendaraan bermotor (KPM), KPR dan SME. Dengan rasio NPL gross dan net tercatat sebesar 4,6% dan 1,7%, turun dibandingkan Desember 2016 sebesar 8,8% dan 2,2%.

 

 

 

(Erfanto Linangkung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *