Asuransi di DIY Ditopang oleh Penjualan Retail

Asuransi-Sepeda-Motor-Daerah-Istimewa-Yogyakarta
Asuransi-Sepeda-Motor-Daerah-Istimewa-Yogyakarta

MALIOBORO – industri asuransi di Yogyakarta memang dianggap memiliki prospek yang cerah sama seperti kota-kota besar lainnya. Tumbuhnya perekonomian Wilayah ini menuju Kota metropolis yang mapan menjadi daya tarik tersendiri bagi pelaku industri asuransi di tanah air.

Wakil Ketua III Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Yogyakarta, Sujadi mengatakan DIY dianggap sebagai kota yang menarik untuk perkembangan bisnis asuransi. Hal ini terbukti dari hampir semua perusahaan asuransi membuka kantor perwakilan di Kota Gudeg.

“Faktanya memang semua perusahaan asuransi baik yang besar ataupun kecil mendirikan kantor di DIY. Sebentar lagi ada dua perusahaan yang mendirikan perwakilan di Sleman,” ujarnya.

Kekuatan Yogyakarta memang berada pada asuransi yang sifatnya retail. Di mana penjualan premi asuransi lebih menyasar ke individu-individu yang nilainya memang tidak begitu besar. Bisnis dengan kategori low risk mendominasi penjualan asuransi di wilayah ini.

Penopang utama dari penjualan bisnis asuransi di Yogyakarta adalah tumbuhnya kredit-kredit retail di wilayah ini. Pertumbuhan kredit dari perbankan memang sangat mempengaruhi bisnis asuransi, sebab sudah menjadi sebuah keharusan bagi penerima kredit dari perbankan untuk mengikuti asuransi.

Selain itu, penopang bisnis asuransi lain di Yogyakarta adalah banyaknya penjualan kendaraan baik secara tunai maupun kredit. Masyarakat Yogyakarta kini memang mulai sadar untuk mengasuransikan kendaraan yang dimilikinya demi keamanan serta kenyamanan.

“Demikian juga leasing, mereka tidak mau rugi kalau kendaraannya hilang karena dicuri. Maka wajib sifatnya setiap kredit kendaraan untuk diasuransikan,” tambahnya.

Anggota DAI, Jojo Supriyono menambahkan meskipun premi dari pasar asuransi retail tersebut jumlahnya sangat kecil, tetapi tetap menarik untuk digarap, karena persebarannya justru merata tidak menyimpul pada satu pihak saja.

“Kalau kecil tapi jumlahnya banyak kan sama dengan besar tapi jumlahnya sedikit,” tampiknya.

Kondisi Yogyakarta memang Berbeda dengan Solo ataupun Semarang, di mana pasar corporate lebih mendominasi. Pendapatan premi di dua kota tersebut cukup besar, tetapi nilai pertanggungan risiko juga cukup besar.

(erfanto linangkung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *