Kinerja Bank Daerah Gunungkidul (BDG) cukup membanggakan. Di era persaingan industri keuangan yang kian ketat belakangan ini, Bank BDG mampu membukukan laba yang cukup bagus selama tahun 2018 lalu.
Tahun 2018 lalu, BDG menutup kerja mereka dengan perolehan laba mencapai Rp 10 miliar. Di sisi lain nilai aset Bank BDG saat ini tembus Rp 356 miliar. Mereka optimis kinerja Bank BDG akan terus menunjukkan trend positif di tahun 2019 ini.
Bahkan belum lama ini mereka telah menyelesaikan pembangunan kantor pusat Bank BDG yang baru. Untuk membangun kantor pusat yang baru, Bank BDG harus mengeluarkan dana sebesar Rp 9,6 miliar. Bangunan berlantai tiga ini menjadi kantor layanan yang lebih representatif dibanding sebelumnya.
Direktur Utama Bank BDG, Rini Widiyanti mengatakan, gedung BDG yang baru menjadi salah satu motivasi BDG untuk selalu berkarya lebih optimal. Pihaknya akan berupaya keras mengangkat Usaha Mikro Kecil di wilayah Gunungkidul agar mampu naik kelas.
“Kita sangat konsen terhadap perkembangan UMKM. Akan kita dorong sepenuhnya agar lebih maju lagi,”tuturnya.
Di samping diharapkan mampu mendorong UMKM, Bank BDG juga memiliki tugas berat yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Kehadiran Bank BDG diharapkan mampu menghilangkan peran rentenir dalam sirkulasi keuangan masyarakat.
Tak dipungkiri lagi jika saat ini rentenir masih bisa bertahan di Gunungkidul. Meski terkesan memberi kemudahan dalam mengucurkan kredit namun sejatinya rentenir-rentenir tersebut sangat merugikan masyarakat karena bunga yang dibebankan kepada peminjam sangat besar.
“Lintah darat mematok bunga 10 hingga 20 %, saya rasa itu sangat memberatkan peminjam,”ujarnya.
Sesuai dengan arahan Bupati Gunungkidul, Badingah, dalam membasmi rentenir, BDG harus memberikan fasilitas kepada usaha ekonomi mikro dengan bunga rendah. BDG memang tidak boleh kalah dengan para rentenir.(erf)