MALIOBORO.NEWS – Persaingan industri perbankan di Yogyakarta kian ketat di kemudian hari. Kehadiran habitat perkreditan berbasis tehnologi mengakibatkan pasar keuangan di Yogyakarta kian sulit diprediksi. Terlebih persaingan besaran bunga yang tak seimbang antara bank swasta dengan bank milik pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) membuat langkah inovatif perlu dilakukan oleh pelaku bisnis ini.
Tak terkecuali bagi Bank Pekreditan Rakyat (BPR) baik konvensional maupun syariah di DIY. Meskipun saat ini persaingan kian ketat, namun mereka tetap optimis mampu menjaga laju pertumbuhan positif pada 2019 ini. Kehadiran Financial Technology (Fintech) yang semakin masif memang harus disikapi oleh kalangan BPR di DIY.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Perhimpunan BPR Indonesia (Perbarindo) DIY Ascar Setiyono mengatakan tantangan industri BPR di DIY ada dua yaitu semakin massifnya ekspansi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan suku bunga cukup rendah dan menjamurnya bisnis Financial Technology (Fintech). Kehadiran Fintech saat ini semakin mempermudah masyarakat dalam mendapatkan akses keuangan sehingga menjadi tantangan bagi industri BPR.
“Tehnologi memang tidak boleh kita tinggalkan. Harus kita ikuti dan gunakan agar mampu bersaing. Oleh karena itu,
BPR DIY siap menghadirkan layanan dan produk keuangan digital serta fokus utamnya tetap membantu mengembangkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),”tuturnya
Perbarindo DIY sendiri memprediksi pertumbuhan industri BPR di DIY tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya dengan melihat kondisi yang ada. Perbarindo DIY juga akan menggelar Seminar dan Musyawarah Daerah (Musda) Ke-VII DPD Perbarindo DIY di Hotel Royal Ambarrukmo pada Selasa (8/1) untuk memilih kepengurusan yang baru nantinya.
BPR harus siap menghadapi menjamurnya Fintech sehingga BPR harus berubah mulai mengadopsi teknologi dalam pelayanan maupun produknya. Layanan dan produk BPR ini sudah harus diarahkan ke digitalisasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dengan melakukan sinergi atau kerjasama.
Kerjasama ini sudah dirintis Perbarindo Pusat dengan mengandeng Perbankan Umum yang mempunyai teknologi yang sudah maju. Saat ini BPR sudah memiliki layanan keuangan digital BPR bekerjasama dengan Bank Mandiri dan Tap CashBPR bekerjasama dengan BNI.
” Kita akan dorong BPR-BPR di DIY untuk ikut serta dalam perubahan di era digitalisasi saat ini,” tandasnya.
Selain Fintech, tantangan lain yang menghadang BPR di DIY adalah KUR. Banyak nasabah BPR di DIY sudah beralih ke KUR pada 2018 lalu sehingga kedepan akan mempengaruhi pertumbuhan industri BPR khususnya yang kecil. Melihat tantangan tersebut, BPR hendaknya bisa mengakses KUR kedepannya dengan pertimbangan sumber dana dari BPR itu sendiri.
“Untuk itu, BPR harus berupaya mendapatkan sumber daya yang murah guna mengurangi kompetisi pembiayaan di segmen UMKM,” papar Ascar. (erf)