MALIOBORO – Perekonomian DIY triwulan III-2018 dibanding triwulan III-2017 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,03 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,92 persen dan juga lebih
tinggi dibanding triwulan III-2017 yang tumbuh 5,42 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, JB Priyono menjelaskan pertumbuhan ini didukung oleh semua lapangan usaha, kecuali pertanian. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha
konstruksi, yaitu 14,87 persen, seiring tingginya realisasi belanja modal dalam APBD/APBN.
Menurutnya, beberapa aktivitas konstruksi tersebut di antaranya adalah proses penyelesaian pembangunan
bandara di Kulon Progo, proses pembangunan mall di Sleman, pemasangan jariangan pipa PDAM,
perbaikan dan pelebaran jalan dan renovasi pasar di beberapa daerah.
“Pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua adalah pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar 11,0 persen,”paparnya.
Sebab, peningkatan aktivitas penggalian adalah untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas konstruksi dalam penyiapan lahan terutama dalam penyiapan lahan untuk bandara baru yang sangat banyak membutuhkan tanah urug. Sehingga sektor tambang dan penggalian mencatatkan pertumbuhan signifikan.
Level pertumbuhan tertinggi ketiga adalah pertumbuhan jasa keuangan yang tumbuh 9,69 persen. Pertumbuhan kategori ini terutama sebagai dampak semakin meningkatnya aktivitas ekonomi yang menggunakan jasa perbankan, seperti transfer pembebasan lahan dan juga transfer pembayaran kegiatan-kegiatan meeting, invention, conference, and exibition (MICE) yang dilakukan di hotel-hotel dan atau jasa akomodasi sejenisnya.
Selain ketiga kategori dengan pertumbuhan tertinggi tersebut, kategori yang juga tumbuh cukup kuat adalah pengadaan air, jasa perusahaan, dan pendidikan yang masing-masing tumbuh
8,75 persen, 7,28 persen dan 6,34 persen. Adanya perbaikan dan pengadaan jaringan pipa air bersih pada periode sebelumnya dan telah beroperasi di triwulan ketiga 2018 ini mendongkrak
peningkatan produksi air bersih.
“Seiring dengan meningkatnya aktivitas konstruksi telah mendorong meningkatnya jasa penyewaan alat berat untuk mendorong kegiatan tersebut,”tambahnya.
Di sisi lain, kenaikan realisasi belanja pendidikan dalam APBN/APBD turut mendorong pertumbuhan kategori jasa pendidikan. Aktivitas lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami kontraksi sebesar 0,18 persen. Hal ini disebabkan kondisi cuaca hingga triwulan III 2018 relatif lebih kering dibandingkan dengan tahun 2017 yang berdampak pada penurunan produksi tanaman pangan terutama padi dan ubi kayu. Terlebih adanya pergeseran musim, yang menyebabkan terjadinya pergeseran panen padi yang cukup tinggi pada triwulan I dan triwulan II.
“Di sisi lain, tertahannya kontraksi lapangan usaha pertanian disebabkan adanya peningkatan produksi komoditas kakao dan teh,”ujarnya.
Kepala Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda DIY, Sugeng Priyanto menyebutkan jika Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY telah berusaha keras menahan laju inflasi di wilayah ini. Jenis bahan makanan sering menjadi penyumbang besar inflasi di wilayah ini berhasil dinetralisir dengan peran Bulog yang maksimal.
“Bulog sekarang perannya lebih mengantisipasi bukan pemadam kebakaran lagi atau bereaksi sebelum ada gejolak bukan menunggu ketika ada gejolak baru bereaksi,”paparnya. (erl)