MALIOBORO – Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengungkapkan keresahannya terkait harga tanah di wilayahnya yang sangat tinggi dan terus melambung dari tahun ke tahun. Persoalan tanah memang menjadi kendala untuk mengejar investasi.
“Harga tanah di wilayahnya terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun,”ungkapnya.
Di titik-titik tertentu terutama di sekitar lokasi pembangunan layanan publik terlihat melonjaknya cukup drastis. Akibatnya, beberapa investor berpikir ulang untuk menginvestasikan modal mereka.
Pemerintah daerah sendiri tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi persoalan mahalnya harga lahan. Bahkan, Pemerintah DIY pernah merasakan mahalnya harga tanah di DIY. Belum lama ini, pemerintah membebaskan lahan untuk perluasan jalan sisi selatan kantor Gubernur.
“Waktu itu, pemilik tanah meminta harga Rp 60 juta permeter sebelum akhirnya turun setelah negosiasi,”ujarnya.
Tingginya harga tanah ini juga membuat investor lari ke daerah tetangga. Seperti yang terjadi di Kulon Progo, di mana kini bandara baru tengah dibangun oleh PT Angkasa Pura I. Pembangunan bandara baru tersebut ternyata mengerek harga tanah sangat tinggi.
Saat ini, harga tanah di seputaran lokasi pembangunan bandara baru mencapai angka Rp 4-5 juta permeternya. Bagi investor, nilai tersebut sudah tidak realistis lagi, sehingga mereka memilih untuk menginvestasikan modalnya di daerah terdekat yaitu Purworejo.
Selain membangun bandara, Angkasa Pura juga berniat membangun perumahan di sana, tetapi karena harga tanah yang mahal. Akibat melambungnya harga tanah tersebut, ia mengaku kesulitan untuk merealisasikan airport city. Padahal, untuk airport city membutuhkan lahan setidaknya 1000 hektare lagi.
“Ketika AP I ingin bangun perumahan, terpaksa saya restui ketika akan membangun di Purworejo karena tanahnya jauh lebih murah,”tambahnya.(fan)