Hunian Vertikal Jadi Pilihan Generasi Milenial

tamansari-amarta-yogyakarta-malioboro-news
tamansari-amarta-yogyakarta-malioboro-news

MALIOBORO – Kemacetan yang sudah semakin parah, harga tanah yang melambung menjadikan perubahan pola pikir generasi milenial terhadap hunian. Kreativitas yang dilakukan kalangan generasi milenial, yakni masyarakat yang berusia 18 hingga 34 tahun bakal menjadi pasar yang sangat dominan pada 10 tahun kedepan khususnya properti.

Kalangan pengembang bahkan sangat yakin jika generasi milenial akan menjadi penopang hunian vertical nantinya. Apalagi, saat ini terdapat fenomena dari generasi milenial yang memilih menunda pembelian rumah tapak atau tinggal di rumah yang disediakan oleh orang tuanya.

Ketua Real Estat Indonesia DPD DIY, Rama Adyaksa Pradipta mengatakan, mereka lebih senang tinggal di apartemen yang praktis dan memiliki nilai jual yang terus merangkak naik. Mereka mulai terbiasa dengan apartemen yang berada pada lokasi-lokasi strategis sehingga mendukung mobilitas generasi milenial yang tinggi.

“Bandingkan dengan perumahan dengan harga terjangkau ada di kawasan yang jauh dari pusat kota,” tuturnya.

Pola generasi milenia yang sudah sadar nilai investasi juga akan memperlancar bisnis hunian vertikal, Karena hunian vertikal merupakan salah satu alternatif investasi yang menguntungkan di kemudian Hari. Tak hanya untuk hunian, juga bisa disewakan kepada orang lain dengan harga yang tidak murah.

Bahkan ke depan kecenderungan generasi milenial tidak terlalu memikirkan kendaraan pribadi seperti mobil untuk mendukung aktivitas, karena generasi milenial akan beralih pada transportasi publik untuk menghemat biaya.

“Saat ini pun generasi milenial adalah pengguna dominan transportasi berbasis online,” tuturnya.

Maka dari itu, banyak pengembang yang mengincar kawasan strategis untuk membantu apartemen, karena kawasan strategis menawarkan kemudahan akses untuk penghuninya. Selain itu, generasi milenial merupakan generasi haus teknologi. Mereka terbiasa hidup praktis sehingga tak bisa jauh dari sambungan internet.

Tantangan pengembang saat ini, kata Rama adalah mendirikan hunian vertikal itu, dekat dengan akses transportasi massal sehingga mendukung keseharian aktivitas mereka yang menuntut ketepatan waktu. Untuk mewujudkan hunian vertikal yang terkoneksi dengan transportasi massal.

“Memang perlu bersinergi dengan Pemda,” imbuhnya.

(erfanto linangkung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *