MALIOBORO.NEWS, Yogyakarta – Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FK-IJK) Daerah Istimewa Yoyakarta bekerja sama Radio Smart FM 102.1 FM kembali menghadirkan acara bincang keuangan pada Kamis (19/11) mulai pukul 09.00-10.00 WIB. Bincang-bincang kali ini menghadirkan narasumber dari BRI Danareksa Sekuritas, Yahuda Naswa Yanukrisna dan Yogiswara dari Mandiri Sekuritas.
Sebagaimana diketahui, obligasi ada yang diterbitkan oleh pemerintah ada juga oleh korporasi. Obligasi korporasi memiliki peringkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah. Risiko ini tergantung pada jenis perusahaan, kondisi pasar dan pemerintahan. Ini digunakan sebagai pembanding dan peringkat perusahaan penerbit.
Sementara itu, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia dijamin dalam UU No. 24 Tahun 2022 tentang Surat Utang Negara. Dalam Undang–undang itu disebutkan Pemerintah Republik Indonesia menjamin pembayaran bunga dan pokoknya sesuai dengan masa berlakunya.
Untuk investor yang tertarik membeli obligasi, saat ini sudah ada penawaran obligasi negara. Syaratnya investor individu harus mempunyai KTP dan pembelian di lakukan secara online oleh agen mitra distribusi. Obligasi Negara tersebut bisa dibeli secara online misalnya di BRI Danareksa Sekuritas. Investor bisa membuka situs https://sbn.danareksaonline.com/. Untuk seri sebelumnya juga ada Obligasi Negara Retail Indonesia (ORI) dan Sukuk Ritel (SR).
Untuk investor yang ingin berinvestasi di awal untuk sukuk pasar modal alternatifnya bisa dengan membeli Reksadana. Saat ini ada beberapa jenis obligasi Negara ritel ada ORI, Sukuk Ritel, dan Obligasi Syariah.
Untuk berinvestasi pada masa pandemi ini, banyak pilihannya. Yahuda dan Yogiswara menyarankan ST007 karena hanya dengan Rp1 juta sudah bisa berinvestasi. Untuk besaran ratusan ribu rupiah, investor bisa membeli Reksadana.
“Pajak pada produk pasar modal lebih murah dibandingkan dengan pajak tabungan atau deposito dari bank. Produk pasar modal pajaknya sudah final. Investor tinggal melaporkan total pajak tidak perlu membayar pajak lagi karena dari pihak sekuritas sudah membuat laporan pajaknya,” tutur Yahuda.
“Begitu juga dengan saham. Pajaknya sudah final. Fee transaksi setiap membeli dan menjual saham pun beragam. Ada 0,15 atau 0,1.7 Selisih penjualan juga 0,17 jika membeli 0,17% jualnya 0.27%. Itu karena menjual sudah dikenakan PPh,” lanjut Yogiswara.
Yahuda dan Yogiswawa menuturkan jika bisnis paling mudah di masa pandemi ini adalah berinvestasi di pasar modal. Itu karena semua sudah final dari instrumen-instrumenya dan pajaknya pun sudah final. Setiap instrumen pasar modal punya karakter masing-masing. Saham memiliki risiko yang tinggi, tetapi dengan jangka waktu yang panjang bisa meminimalkan risiko. (wid/rn)