MALIOBORO.NEWS – Perkembangan sektor jasa keuangan di Indonesia tumbuh dengan pesat. Beragam produk dan layanan keuangan ditawarkan kepada masyarakat. Namun di sisi lain masyarakat belum sepenuhnya memahami produk dan layanan tersebut.
Kasubag Perizinan Informasi dan Dokumentasi OJK DIY, Mochammad Bakri mengakui jika produk-produk industri keuangan saat ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan. Salah satunya adalah perkembangan inovasi produk lembaga jasa keuangan yang berbasis teknologi informasi.
“Produk berbasis teknologi informasi ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya layanan keuangan pinjam meminjam berbasis teknologi atau fintech peer to peer lending,” tuturnya dalam acara literasi keuangan di SD Sejati Moyudan Sleman, Selasa (1/10/2019).
Berdasarkan survei nasional literasi dan inklusi keuangan (SNLIK) kedua yang dilakukan OJK tahun 2016 yang lalu menunjukkan indeks literasi keuangan dan indeks inklusi keuangan mengalami peningkatan dibanding tahun 2013. Dalam survei tersebut menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 21, 84% menjadi 29,66%. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan pemahaman keuangan serta indeks inklusi keuangan dari 59,74% menjadi 67,82%.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta patut berbangga diri karena indeks literasi keuangan yang telah mencapai 38,5% atau peringkat ke-3 secara nasional. Dan tingkat inklusi keuangan sebesar 76,7% atau peringkat ke-2 secara nasional. Hal ini menunjukkan pemahaman tentang produk-produk lembaga keuangan di DI Yogyakarta lebih baik dibanding dengan kota yang lain.
“OJK bersama industri jasa keuangan dan stakeholder akan terus mendorong dan melaksanakan program literasi dan inklusi keuangan agar target indeks inklusi keuangan yang dicanangkan pemerintah dapat tercapai,” paparnya.
Dalam rangka memperluas akses terhadap pelayanan keuangan tersebut telah diterapkan SNKI melalui salah satu bentuk implementasi pilar satu edukasi keuangan yaitu dengan melakukan edukasi kepada pelajar. Tujuannya adalah mewujudkan budaya menabung sejak dini kepada anak-anak dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pada masa yang akan datang.
Ia menambahkan untuk menggerakkan budaya menabung sejak dini OJK telah menginisiasi program tabungan khusus yaitu simpanan pelajar (Simpel). Kehadiran tabungan pelajar ini bisa membentuk pola perilaku dan karakter pelajar agar hemat dan cermat dalam menggunakan uang sehingga dapat membentuk sikap gemar menabung.
“Dalam persyaratan tabungan simpel tersebut pelajar hanya cukup memanfaatkan kartu pelajar dengan biaya setoran awal sebesar Rp5.000 dan selanjutnya minimal Rp1.000. Pelajar akan mendapatkan buku tabungan dan kartu ATM yang bebas biaya administrasi setiap bulan,” terangnya.(erf)