MALIOBORO- Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di DIY masih lebih bagus dibanding dengan daerah lain. Berbagai kelebihan yang mendukung penyaluran KUR di DIY mengakibatkan alokasi kredit murah ini selalu mendekati target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Tahun 2017 lalu, rata-rata penyaluran KUR di DIY mencapai di atas 80 % dari target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Selain itu, DIY termasuk wilayah yang paling cepat dalam melaporkan kegiatan KUR tersebut ke pemerintah pusat. Catatan bagus tersebut mengakibatkan pemerintah pusat menambah jumlah target yang harus disalurkan tahun ini.
Kepala Biro Administrasi Perekonomian Dan Sumber Daya Alam Setda DIY, Sugeng Purwanto mengatakan, kinerja KUR di DIY cukup baik dari berbagai sisi baik rata-rata penyaluran maupun dari Net Performance Loan (NPL)nya.
Dari sisi penyaluran, rata-rata di atas 80 % dari target yang ditetapkan oleh pemerintah, sementara dari sisi NPL masih di bawah 5% artinya masyarakat Yogyakarta memang masih tertib dalam membayar angsuran kredit mereka. “Iklim usaha yang ada di Yogyakarta memang masih mendukung pertumbuhan industri keuangan di wilayah ini,”tuturnya.
Berbagai kelebihan memang menjadi modal utama penyaluran KUR yang dilaksanakan oleh perbankan di DIY. Di antaranya adalah KUR DIY kebanyakan dialokasikan ke sektor retail alias di sektor-sektor mikro di mana platform yang disalurkan oleh perbankan kepada debitur nominalnya hanya kecil. Ditambah lagi kultur masyarakat DIY yang masih malu ketika tidak bisa mengembalikan angsuran kredit mereka.
Hanya saja, sampai saat ini nilai Loan Deposit Ratio (LDR) dari perbankan di DIY masih rendah, sehingga perlu didorong untuk peningkatan penyaluran KUR tersebut. Sebenarnya pihak Bank Indonesia (BI) telah meminta pemerintah daerah untuk mendorong agar penyaluran kredit lebih besar lagi. Namun menurutnya pemerintah memiliki berbagai keterbatasan.
Menurut dia, pemerintah tidak memiliki kewenangan untuk menekan masyarakat agar bersedia mengambil kredit di perbankan. Pemerintah hanya memiliki kewenangan membantu mempromosikan kredit yang dikeluarkan oleh perbankan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan produktif mereka.
“Kultur masyarakat DIY memang sedikit berbeda dengan masyarakat lain termasuk jiwa kewirausahaannya yang masih kalah dengan wilayah lain. Sehingga wajar jika LDR di DIY masih rendah,”terangnya.(fan)