MALIOBORO – Institusi pendidikan terutama universitas bagi dunia perbankan menjadi sesuatu hal yang menarik untuk digarap menjadi salah satu target market produk sekaligus juga sebagai sumber dana pihak ketiga (DPK) yang sangat likuid.
Banyaknya mahasiswa dalam sebuah universitas dengan dinamika arus uang yang cukup besar mengakibatkan dunia perbankan seolah berlomba untuk mendapatkannya.
Universitas Gadjah Mada misalnya, menjadi salah satu universitas yang cukup banyak dilirik oleh kalangan perbankan. Setidaknya ada delapan bank yang telah menjalin kerjasama dengan universitas tertua di DIY ini. Ke delapan bank tersebut bekerjasama mengelola arus keuangan ribuan mahasiswa yang ada di Yogyakarta.
Wakil Rektor Perencanaan, Keuangan dan Sistem Informasi UGM, Dr Supriyadi M. Si mengatakan, kerjasama dengan perbankan syaratnya memang harus saling menguntungkan kedua belah pihak yaitu kampus dan juga bank itu sendiri. Saat ini sudah ada sekitar 8 bank yang menjalinkerjasama dengan pihak UGM.
“Terakhir adalah kerjasama dengan BNI Syariah yang kami tanda tangani Selasa (24//4/2018) kemarin. Kerjasama dengan BNI Syariah ini merupakan bank ke delapan dan selanjutnya kami akan berhenti pada angka delapan,”tutur Supriyadi, Rabu (25/4/2018).
Lebih lanjut Supriyadi mengatakan satu semester penempatan uang dari mahasiswa cukup signifikan. Tahun ajaran baru 2018/2019 akan tambah kurang lebih 10.000 mahasiswa dari program S1, S1 Internasional, S2, S2 Internasional, S3 dan Sekolah Vokasi.
Kerjasama BNI Syariah dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam pemberian fasilitas pembayaran biaya pendidikan melalui layanan sistem host to host. Menurutnya, kerjasama ini merupakan bentuk dukungan terhadap bank syariah di Indonesia belum berkembang sesuai dengan harapan.
Padahal Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan Fatwa bunga bank haram. Namun fatwa tersebut tidak memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan bank syariah.(fan)