MALIOBORO – Guna memaksimalkan potensi industri pariwisata dan kerajinan atau potensi lain di DIY maka perlu dibangun kesadaran dan sinergi antara pelaku usaha lokal, pemerintah daerah, konsumen serta para akademisi. Hal ini juga mendukung kebijakan pemerintah dalam program Nawacita untuk menjadikan kawasan Yogyakarta sebagai daerah industri pariwisata, perdagangan dan komoditas pertanian.
Direktur Komersial I Sucofindo, Heru Riza Chakim mengatakan, Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah sangat terkenal di bidang pariwisata dan sangat berkembang pariwisata berbasis budaya. Hal tersebut menyiratkan sektor pariwisata memiliki peran kuat dalam pertumbuhan ekonomi. Dan selama ini industri pariwisata dan turunannya berpengaruh banyak terhadap inflasi di Wilayah ini.
“UKM, hotel, restoran dan industri makanan minuman sangat berpengaruh terhadap inflasi di DIY,” ujarnya saat seminar Peningkatan Daya Saing Sektor Ekonomi Unggulan di Grand Inna Malioboro, Kamis (16/11/2017).
Menurutnya, iklim investasi di Yogyakarta sebenarnya sangat potensial. Sebagai kawasan yang memiliki beragam kekayaan alam, Yogyakarta menjadi sumber yang potensial untuk mengembangkan investasi. Terlebih dinamisasi sumber daya manusia di wilayah ini sangat cepat yang menjadi modal berharga lainnya untuk berkembang.
Yogyakarta memiliki nilai strategis dan potensi unggulan yang dapat ditumbuhkan dalam pengembangan ekonomi lokal, melalui optimasi potensi berbasiskan posisi geostrategis, Yogyakarta memiliki berbagai potensi untuk menjadi daerah unggulan di Indonesia.
“Kami sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Sucofindo menyelenggarakan seminar. Seminar ini juga dapat memberikan gambaran tentang strategi, kebijakan, program dan upaya-upaya peningkatan daya saing komoditi lokal sehingga mendukung upaya peningkatan daya saing sektor ekonomi unggulan di DIY,” katanya.
(erfanto linangkung)
