BAWANG SEBABKAN INFLASI DI DIY  

MALIOBORO – Bawang Putih dan Bawang Merah masih menjadi pemicu inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di bulan Maret 2018 kemarin, DIY mengalami inflasi 0,15 %.

Inflasi ini seolah menjadi anomali dengan apa yang terjadi selama ini. Sebab, Badan Pusat Statistik (BPS) DIY telah memprediksi di awal tahun yaitu di Januari-Februari,  Maret angka inflasi mengalami penurunan.

Kepala BPS DIY, JB Priyono mengungkapkan, tahun ini dari bulan Januari hingga Maret angka inflasi harusnya mengalami penurunan. Namun setelah bulan Februari wilayah ini mengalami deflasi namun yang terjadi justru di bulann Maret mengalami inflasi. Pola fluktuasi angka inflasi tersebut hampir sama dengan yang terjadi seperti tahun 2016.

“Inflasi Maret tahun sebelumnya ke Maret tahun ini mencapai 3,29%, sementara Maret 2018 dibanding Desember 2017 mengalami inflasi 0,65%,”ungkap JB Priyono, Senin (4/2/2018) di kantornya.

Priyono mengakui, jika beras secara siklus seharusnya mengalami kenaikan, tetapi justru di bulan Maret mengalami penurunan. Meski mengalami penurunan, tetapi penurunan harga beras tersebut tidak mampu menghambat inflasi. Penurunan harga beras tidak sebanding dengan kenaikan harga sejumlah komoditas lainnya.

Komoditas lain yang menyebabkan inflasi terbesar di sub kelompok bumbu-bumbuan karena memberi andil angka inflasi sebesar 0,16 %. Pemicu terbesar adalah harga bawang putih yang bisa mencapai Rp 60.000 perkilogramnya. Kenaikan ini memberi andil terhadap inflasi sebesar0,1%. Penyumbang terbesar nomor dua adalah bawang merah yang memberi andil terhadap inflasi sebesar 0,05%.

“Sementara yang menghambat sub kelompok pengeluaran padi-padian, umbi-umbian dan sebagainya 0.07. Penurunan harga beras  memberi andil terhadap inflasi 0,08%  namun harga daging ayam ras menghambat inflasi sebesar 0,03%,”tambahnya.

Di bulan Maret 2018 kemarin, dari 82 kota di Indonesia yang dihitung angka inflasinya ada 57 kota yang mengalami inflasi dan 25 kota mengalami deglasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Jayapura sebesar 2,10 % diikuti kota Tembilahan dan Tanjung masing-masing sebesar 1,38% dan 0,83 %. Sementara yang mengalami deflasi paling besar ada di Kota Tual yaitu sebesar 2,30%. (erl)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *