OJK : Saat Ini Merupakan Momentum Yang Tepat Untuk Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Illustrasi OJK Momentum Akselerasi 2018 Oleh Ruudd Keerr Photography

MALIOBORO – Anggota Dewan Komisioner beserta  seluruh jajaran OJK, memiliki komitmen tinggi untuk meningkatkan peran sektor jasa keuangan dalam memacu pertumbuhan dengan tetap menjaga kesinambungan berbagai kebijakan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.

Ketua Dewan Komisioner OJK,  Wimboh Santoso mengungkapkan, dewan Komisioner OJK akan mengambil langkah-langkah  yang diperlukan agar OJK dapat lebih efektif dalam menjawab dinamika dan tantangan pembangunan ekonomi nasional dan sekaligus dapat memenuhi ekspektasi masyarakat atas keberadaan OJK baik saat ini maupun ke depan.”Saat ini merupakan momentum yang tepat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia,”tutur Wimboh, Kamis (18/1) malam.

Menurutnya, dari sisi global, untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global 2008, pertumbuhan ekonomi global meningkat didorong oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi hampir seluruh negara. Sementara itu, risiko geopolitik global maupun kebijakan normalisasi negara – negara maju yang semula dikhawatirkan akan memberikan tekanan pada perekonomian global selama tahun 2017, relatif tidak signifikan.

Sementara dari sisi domestik, reformasi struktural yang konsisten dilakukan oleh Pemerintah mulai memperlihatkan hasilnya yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi tahun 2017 di kisaran 5-5,1%, nilai tukar Rupiah yang stabil, inflasi yang rendah (3,61% yoy), keseimbangan eksternal yang membaik ditandai oleh surplus neraca perdagangan sebesar USD11,8 miliar.

“Defisit APBN yang terkendali di angka 2,42% terhadap PDB, serta kecenderungan suku bunga yang terus menurun menjadi momen yang tepat untuk akselerasi,”tambahnya.

Reformasi dimaksud, lanjutnya, juga telah berhasil meningkatkan kepercayaan investor. Selama tahun 2017, arus modal non residen yang masuk ke pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara tercatat sebesar Rp130,5 triliun. Inflow arus modal non residen yang cukup besar ini juga mendorong yield Surat Berharga Negara selama tahun 2017 turun sebesar 141 bps.

Sementara itu, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam tren yang meningkat, ditutup pada level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 6.355,65 atau tumbuh 20% yoy, yang menempatkan IHSG masuk dalam 4 (empat) besar indeks bursa utama dengan kinerja terbaik di kawasan Asia-Pasifik.

“Keberhasilan reformasi struktural Indonesia ini diakui pula oleh lembaga dan investor global. Bank Dunia menempatkan Indonesia sebagai salah satu top improvers karena peringkat kemudahan investasi tahun 2018 melonjak 34 peringkat dalam 2 tahun terakhir menjadi posisi 72. World Economic Forum juga menaikkan peringkat daya saing Indonesia 2017-2018 dari peringkat 41 ke peringkat 36,”ungkapnya. (Erfanto Linangkung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *