MALIOBORONEWS.ID, Jakarta – Pasar Modal Indonesia membuka tahun 2025 dengan langkah strategis mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam acara pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia, Kamis (2/1), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menegaskan peran sentral pasar modal dalam mewujudkan berbagai program pemerintah.
Mahendra mengungkapkan bahwa upaya penguatan dan pengembangan pasar modal difokuskan pada pendalaman pasar, peningkatan regulasi, dan pengembangan produk inovatif. “Kami mendorong peningkatan porsi saham free float serta memotivasi perusahaan besar untuk melantai di bursa,” ujar Mahendra.
Salah satu inisiatif penting adalah penggunaan Efek Beragunan Aset (EBA) untuk mendukung program pembangunan tiga juta rumah. Selain itu, pengembangan bursa karbon dan produk berbasis ESG juga menjadi sorotan. “Sinergi dalam memperkuat ekosistem EBA akan terus kami optimalkan,” tambahnya.
Kinerja Pasar Modal: Stabilitas dan Pertumbuhan
Tahun 2024 ditutup dengan capaian signifikan, meskipun IHSG melemah -2,65% ytd pada level 7.079,91 poin. Nilai kapitalisasi pasar melonjak 5,74% ytd, mencapai Rp12,33 ribu triliun. Tidak hanya itu, penghimpunan dana di pasar modal berhasil mengantongi Rp259,24 triliun dari 43 emiten baru, sementara Securities Crowdfunding (SCF) mendanai 708 UKM dengan total Rp1,35 triliun.
Jumlah investor individu (SID) juga mencatat pertumbuhan luar biasa, mencapai 14,8 juta, meningkat 22,21% ytd. Sebanyak 79% investor merupakan generasi muda di bawah usia 40 tahun, menegaskan tren generasi muda dalam dunia investasi.
Bursa Karbon: Inovasi Hijau Masa Depan
Sejak peluncurannya pada September 2023, Bursa Karbon mencatat volume transaksi hingga 908 ribu ton CO2 ekuivalen dengan nilai akumulasi Rp50,64 miliar. Partisipasi 100 perusahaan menjadi bukti konkret potensi besar pasar karbon dalam mendukung keberlanjutan lingkungan.
Dukungan Pemerintah untuk Inovasi
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menambahkan, pemerintah akan terus menyempurnakan regulasi sektor keuangan, termasuk penyelesaian aturan turunan UU P2SK dan pajak karbon. Ia juga mendorong edukasi literasi keuangan sejak usia dini. “Jual beli saham seharusnya dikenalkan sejak sekolah dasar,” ungkap Sri Mulyani.
Dengan langkah kolaboratif antara OJK, pemerintah, dan pelaku pasar, tahun 2025 diharapkan menjadi tonggak baru bagi pengembangan pasar modal Indonesia. Langkah ini tidak hanya mendukung ekonomi, tetapi juga inovasi dan keberlanjutan jangka panjang. (ah)