Indeks
BI  

BI Masih Amati Dampak Penguatan Dollar Permanen Atau Temporer

MALIOBORO – Bank Indonesia memperkirakan, dampaknya tergantung penguatan dollar permanen atau temporer. Bila lebih permanen, exportir akan diuntungkan sepanjang bahan bakun produknya tidak impor. Bila temporer tentunya akan mempengaruhi volatilitas kurs dan mengganggu stabilitas di pasar valas.

Oleh karena itu menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Budi Hanoto mengatakan BI akan selalu di pasar menjaga kestabilan nilai tukar. intinya pelemahan ini karena fenomena global saat ini. Dimana sentimen pasar yang reaktif terhadap rencana The Fed yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga kebijakannya (policy rate) beberapa kali pada 2018.

“Secara fundamental, perekonomian AS memang membaik,”tuturnya.

Membaiknya perekonomian AS terlihat dari jumlah pengangguran yang mengalami penurunan, daya beli naik dan kemungkinan indikasi tekanan inflasi AS meningkat sehingga policy rate AS akan dinaikkan. Budi menuturkan keluarnya arus dolar AS terjadi di beberapa negara dan pelemahan rupiah masih terkendali.

Hal ini dikarenakan fundamental ekonomi Indonesia masih bagus, reformed dan ‘on track’ atau masih berada jalurnya.  Saat ini Indonesia masih mempunyai cadangan devisa yang cukup. Di samping itu, pasar keuangan cukup dalam dan fasilitas lindung nilai (hedging) tersedia banyak di market.

Akibat pelemahan nilai rupiah ini, kinerja ekspor dan penanaman modal asing masih bagus sehingga diharapkan mampu memperkuat rupiah. BI akan selalu siap sedia guna volatilitas rupiah tersebut setiap saat. Menurutnya, dampak pelemahan rupiah terhadap perekonomian DIY masih positif saat ini.

“Karena porsi  ekspor  DIY ke AS sebesar 35 persen dan ke Eropa sebesar 30 persen,” ujar Budi.

Menurut Budi,  kebanyakan proses ekspor DIY tersebut masih dalam bentuk ‘dolar incoiving’. Sementara neraca perdagangan DIY dengan luar negeri masih surplus. Artinya banyakan ekspor ketimbang impornya di DIY.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) JB Priyono mengatakan, ekspor DIY selama Januari 2018 menunjukkan peningkatan sebesar 1,38 % dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor DIY masih didominasi oleh ekspor Amerika Serikat  dibanding ke negara lain. Dibandingkan setahun yang lalu pada Januan 2017, nilai ekspor meningkat sebesar 25,03 %.

“Lebih dari setengah nilai ekspor DIY dikirimkan ke Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang,”  jelas .

Priyono menjelaskan ekspor ke Singapura merupakan perkembangan nilai ekspor terbesar selama Januari 2018 terhadap Desember 2017 sebesar 447,27 persen. Perkembangan terbesar secara year on year (yoy) dengan peningkatan sebesar 173,51 persen bertujuan ke negara Singapura.

Pakaian jadi bukan ralutan; Perabot, penerangan rumah; dan Barang barang dari kulit merupakan tiga kelompok komoditas utama dengan nilai ekspor tertinggi pada Januari 2018 masing-masing sebesar 38,22 persen; 12,64 persen; dan 9,19 persen.

“Perkembangan komoditas ekspor terbesar dari Desember 2017 ke Januari 2018 adalah komoditas Kertas/Karton yang meningkat sebesar 84,37 persen,”terangnya.

Exit mobile version