MALIOBORO.NEWS, Yogyakarta – Anda pernah melihat toko-toko di kawasan Malioboro tutup menjelang sore hari? Itu dulu, kalau sekarang ini tidak pernah kita jumpai lagi.
Toko di sepanjang Malioboro tidak pernah mengenal tutup. Buka mulai puku 09.00 atau 10.00 hingga tutup pukul 21.00 atau pukul 20.00 WIB.
Toko tutup siang menjelang sore masih kita lihat hingga sekitar tahun 1990-an. Hal ini sebenarnya juga kita bisa lihat di pertokoan di Jl. Urip Sumoharjo dan kawasan lain, seperti Jl. Diponegoro, Jl. Brigjen Katamso, Pingit, Jl. Magelang ,Jl. Ahmad Dahlan. Bahkan Toko Tiga di Jl. Suryowijayan Tamansari sampai sekarang masih menerapkan cara kerja seperti itu.
Biasanya toko tutup selama 2 jam sekitar pukul 15.00-17.00 WIB. Ini memberikan kesempatan pada pemilik, karyawan/karyawati beristirahat. Setelah jam 17.00 WIB, toko kembali buka hingga malam hari.
Saat ini toko-toko yang masih melakukan itu di antaranya toko obat yang ada di Jl. Ahmad Yani dan beberapa toko lain di Jl. Malioboro. Namun toko-toko yang menjual batik, suvenir dan oleh-oleh termasuk outlet-outlet di Malioboro Mal buka terus hingga malam.
Mengapa dulu ada seperti itu? Salah satunya pemilik toko ikut berjaga di toko dan sistem kerja karyawan/karyawati tidak mengenal shift pagi/siang dan sift sore/malam.
Selain itu, dulu pegawai toko biasanya tinggal menjadi satu dengan rumah pemilik. Saat ini mereka hanya bekerja dan pulang ke rumah atau kos masing-masing.
Salah satu warga Yogyakarta, Maha Devi mengungkapkan beberapa toko di kawasan Jl. Brigjen Katamso sampai sekarang juga menerapkan toko tutup pada pukul 14.00-17.00 WIB. Warga yang biasa belanja kulakan barang seperti rokok, sabun dan sebagainya juga sudah mengerti.
“Masih ada toko kelontong di Jl. Brigjen Katamso yang tutup siang hari,” katanya.
Hal serupa juga diungkapkan Madina warga Jakarta yang dulu pernah kuliah di UGM. Dalam ingatannya toko-toko di kawasan Jl. Solo atau Urip Sumohardjo hingga awal tahun 2000-an juga banyak yang tutup pada siang hari dan buka lagi pada sore hingga malam hari.
Sejarawan Dr. Purnawan Basundoro menambahkan soal toko tutup siang hari itu adalah kebiasaan yang muncul pada masa kolonial. Karena Indonesia adalah negara tropis dan siang hari panas membuat cepat lelah, maka seluruh pekerja setelah jam 12 harus istirahat untuk tidur siang, yang pada zaman Belanda disebut “siesta”, berasal dari Bahasa Spanyol yg artinya tidur siang. Pada waktu sore hari, toko-toko itu buka lagi.
“Nah, biasanya para nona dan nyonya Belanda akan jalan-jalan pada sore hari sambil tengak-tengok toko,” katanya.(bkn)