Indeks

Di DIY, Sektor Konstruksi Berkembang Lebih Cepat Dibanding Sektor Lain

Foto Pekerja Kontruksi Oleh Ruudd Keerr Photography
Foto Pekerja Kontruksi Oleh Ruudd Keerr Photography

MALIOBORO – Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami pertumbuhan jika diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perekonomian DIY triwulan IV-2017 terhadap triwulan IV-2016 tumbuh 5,26 persen (y–on–y) lebih tinggi dibanding pertumbuhan periode yang sama 2016 sebesar 4,78 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, JB Priyono mengatakan, Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan IV-2017 mencapai Rp 30,64 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 23,59 triliun.

“Bila dibanding triwulan III-2017 perekonomian DIY mengalami kontraksi sebesar 0,61 persen (q–to–q),” tuturnya.

Perekonomian DIY selama 2017 tumbuh 5,26 persen (c–to–c), lebih tinggi dibanding tahun 2016 yang tumbuh sebesar 5,05 persen. Secara sektoral pertumbuhan tertinggi tahun 2017 dicapai oleh lapangan usaha konstruksi, yaitu 6,94 persen. Sementara, dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dimiliki oleh komponen pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba, yaitu 9,61 persen.

Menurutnya, andil terbesar pertumbuhan ekonomi DIY selama 2017 (c–to–c) diberikan oleh lapangan usaha industri pengolahan yaitu sebesar 0,74 persen, diikuti oleh informasi dan komunikasi sebesar 0,67 persen dan konstruksi sebesar 0,65 persen.

“Sementara untuk pertumbuhan ekonomi terhadap triwulan sebelumnya (q–to–q), penyumbang terbesar terjadinya kontraksi di triwulan IV-2017 adalah lapangan usaha pertanian terutama penurunan produksi tanaman pangan,”tambahnya.

Dari sisi PDRB menurut pengeluaran, andil terbesar pertumbuhan ekonomi DIY selama 2017 (c–to–c) masih didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 3,32 persen, diikuti oleh komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 1,34 persen dan pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 0,45 persen.

 

 

 

(Erfanto Linangkung)

Exit mobile version