MALIOBORO.NEWS – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perdagangan Jumat (27/3) mengalami euforia setelah ditutup meroket 10% pada penutupan bursa hari Kamis. Mengutip data pukul 11.15 WIB, indeks melompat 7,90% ke level 4.681,77.
Tercatat 213 saham naik, 38 saham turun, dan 61 saham stagnan. Total volume 783 juta saham dengan nilai transaksi capai Rp 1,22 triliun.
Seluruh indeks sektoral menopang laju IHSG. Sektor keuangan paling tinggi kenaikannya 8,13%, diikuti barang konsumsi 7,29%, dan manufaktur 7,69%.
“Penguatan terjadi karena pasar merespon kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral Amerika (The Fed). Hal itu menjadi sentimen positif bagi perdagangan saham di BEI, sehingga IHSG menguat. Aksi beli saham menjadi penopang laju IHSG. Hal tersebut menyusul setimen positif dari bursa-bursa global,” tutur Kepala Bursa Efek Indonesia Perwakilan Yogyakarta, Irfan Noor Riza.
Irfan lebih lanjut menuturkan bahwa selama BEI tutup saat hari raya Nyepi kemarin, bursa-bursa utama dunia mencatatkan kenaikan tajam terutama di Bursa Amerika karena solusi pemberian insentif ekonominya sudah disetujui. Jadi kali ini IHSG juga mengikuti pola pergerakan indeks dunia yang ada sekarang. Banyak saham-saham berfundamental bagus terlihat naik. Hal ini menunjukkan kondisi kepanikan global yang mereda.
Ditambah lagi banyak pula investor yang melihat bahwa saat ini pasar modal Indonesia berada dalam suasana “diskon vaganza”. Banyak saham-saham berfundamental bagus yang harganya sedang diskon. Harganya sedang murah dan terjangkau sekali untuk dikoleksi, sehingga banyak investor yg melakukan aksi beli saham.
Investor diharapkan untuk selalu berpikir positif, bahwa kondisi penurunan akibat pandemi Covid-19 akhir-akhir ini tidak akan berlangsung terlalu lama. Terbukti, pasar mulai bergairah lagi. walau mungkin nantinya berfluktuasi, itu hal yang biasa terjadi.
“Khususnya investor domestik, Sebaiknya jangan panik,” harapnya.
Bursa Efek Indonesia juga terus berupaya untuk memperkuat peran anggota bursa. Penguatan peran itu dilakukan melalui penguatan pengawasan pasar, penyediaan produk pasar, dan pengaturan perdagangan yang kondusif.
“Bagi masyarakat, teruslah berinvestasi di pasar modal. Sudah saatnya investor domestik memegang kendali pasar modal dalam negeri,” tutur Irfan (ah).