Malioboronews.id, Yogyakarta — Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rekor baru dengan jumlah investor saham nasional yang menembus angka 7 juta per 26 Mei 2025, menandai pertumbuhan luar biasa minat masyarakat terhadap pasar modal. Total 7.001.268 investor dengan SID aktif menunjukkan bahwa literasi dan partisipasi finansial masyarakat Indonesia terus berkembang. Momentum ini tercipta berkat sinergi antara BEI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan berbagai pihak yang konsisten mengedukasi publik.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menegaskan bahwa pencapaian ini terjadi di tengah gejolak ekonomi global dan dinamika indeks saham domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat merosot ke 5.967 pada April 2025, namun berhasil bangkit ke 7.175 di akhir Mei, mencerminkan ketahanan pasar yang kuat. Bahkan dalam masa libur Idulfitri, terdapat lonjakan 38.676 investor baru hanya dalam waktu dua minggu.
Sebagai respons terhadap perkembangan ini, BEI memperkuat infrastruktur digital melalui platform seperti aplikasi IDX Mobile yang kini telah diunduh lebih dari 287 ribu kali. Kanal digital dan sosial media resmi menjadi tulang punggung penyebaran informasi, yang turut memperkuat persepsi publik terhadap pasar modal sebagai instrumen keuangan yang inklusif. Selain itu, jaringan Galeri Investasi yang nyaris mencapai 1.000 titik dan keberadaan 6.000 Duta Pasar Modal turut berkontribusi dalam penyebaran edukasi di seluruh Indonesia.
Khusus untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pertumbuhan jumlah investor juga menunjukkan tren yang sangat positif dengan total 248.113 SID per April 2025. Dalam periode satu bulan, penambahan 6.038 investor baru atau tumbuh 2,49% menandai antusiasme masyarakat terhadap instrumen investasi pasar modal. Dibandingkan April tahun sebelumnya, pertumbuhan investor DIY mencapai 23,52%, atau naik lebih dari 47 ribu investor dalam satu tahun.
Kepala BEI Yogyakarta, Irfan Noor Riza menyampaikan, “Capaian ini menunjukkan bahwa masyarakat DIY semakin sadar pentingnya investasi dan pengelolaan keuangan jangka panjang.”
Ia melanjutkan, “Kami sangat mengapresiasi peran kampus, Galeri Investasi, dan komunitas yang terus bersinergi dengan BEI dalam membangun budaya investasi yang sehat dan berkelanjutan.”
Irfan juga menambahkan bahwa dominasi investor lokal menjadi faktor penting bagi ketahanan pasar terhadap dampak ekonomi global.
Lebih lanjut, Irfan menegaskan bahwa BEI akan terus hadir dalam berbagai program pengabdian dan literasi keuangan di DIY.
“Kami akan menjalankan edukasi dengan metode beragam, mulai dari Sekolah Pasar Modal, pelatihan, hingga program pendampingan, dan tentu berkolaborasi dengan kampus-kampus di wilayah ini,” ujarnya.
Menurutnya, sinergi ini menjadi kunci agar masyarakat tidak hanya paham investasi, tapi juga menjadi pelaku aktif di pasar modal.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, juga mengungkapkan pentingnya pendekatan menyeluruh dalam penguatan basis investor nasional, baik dari sisi ritel maupun institusi.
“Kami tidak hanya fokus pada investor perorangan, tetapi juga aktif melibatkan investor institusi untuk lebih berpartisipasi dalam mendukung likuiditas pasar,” jelas Iman.
Ia menambahkan, “BEI berkomitmen membangun pasar modal yang transparan, dinamis, dan inklusif untuk semua lapisan masyarakat.”
Dengan sinergi lintas sektor, peningkatan jumlah investor ini menjadi bukti konkret bahwa pasar modal Indonesia semakin berperan sebagai pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Literasi keuangan yang luas, kepercayaan publik yang terus tumbuh, dan digitalisasi edukasi menjadi fondasi utama dalam memperkuat ekosistem investasi. Harapannya, Indonesia bukan hanya mencetak jumlah investor, tetapi juga membentuk masyarakat yang cakap secara finansial.(aha)