Indeks

Indeks Kedalaman Kemiskinan DIY Turun

MALIOBORO 2018. Foto aktivitas masyarakat kecil dalam mencari hiburan di Malioboro. Foto dari Ruudd Keerr Photography

MALIOBORO – Sejalan dengan perbaikan pada angka Indeks Kedalaman Kemiskinan, hasil Susenas September 2017 juga memperlihatkan perbaikan pada tingkat kesenjangan antar penduduk miskin. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada September 2017 sebesar 0,462 atau turun dari periode Maret 2017 yang tercatat sebesar 0,549.

Kepala Badan Pusat Statistik DIY, JB Priyono mengatakan, seperti halnya dengan indeks P1, indeks P2 ini pun belum memperlihatkan adanya perbaikan jika dibandingkan dengan kondisi setahun sebelumnya. Namun jika dilihat perbandingan antar wilayah, maka terlihat bahwa tingkat kesenjangan antar penduduk miskin di perdesaan lebih buruk daripada di perkotaan.

“Kesenjangan pendapatan menjadi salah satu faktornya,”terangnya.

Pada September 2017, Indeks P2 di perdesaan adalah 0,639 adapun Indeks P2 di perkotaan sebesar 0,393. Selain itu, dalam satu semester terakhir terlihat bahwa tingkat keparahan kemiskinan di perdesaan juga mengalami peningkatan

Priyono menyebutkan, kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang tidak mempunyai pendapatan maupun sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik berupa kebutuhan akan makanan, barang maupun jasa (UNDP, 2006). Untuk mengukur kemiskinan, konsep yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah berdasarkan pada kebutuhan dasar (basic needs approach).

“Nilai kebutuhan dasar minimum digambarkan dengan Garis Kemiskinan (GK) yaitu batas minimum pengeluaran per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non makanan yang akan memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak,”paparnya.

Pada September 2017, GK Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Rp. 396.271 per kapita per bulan. Jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang sebesar Rp. 374.009 per kapita per bulan maka terlihat adanya kenaikan GK sebesar 5,95 persen. Adanya peningkatan GK pada periode tersebut sejalan dengan angka inflasi Maret 2017 – September 2017 yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,36 persen.

Sementara itu, berdasarkan komponen penyusunnya, terlihat bahwa Garis Kemiskinan Makanan (GKM) masih memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam penentuan GK meskipun kecenderungannya mengalami penurunan. Pada September 2017, GKM memberikan sumbangan sebesar 71,32 persen. Jika dibandingkan dengan Maret 2017, dimana GKM berkontribusi sebesar 71,52 persen, terlihat adanya sedikit penurunan peran GKM terhadap pembentukan GK di D.I. Yogyakarta. (EL)

Exit mobile version