Indeks

Anomali, Hunian Hotel di Bantul Anjlok Selama Liburan Nataru, Tol dan Daya Beli Diduga Jadi Pemicunya

Anomali, Hunian Hotel di Bantul Anjlok Selama Liburan Nataru, Tol dan Daya Beli Diduga Jadi Pemicunya
Anomali, Hunian Hotel di Bantul Anjlok Selama Liburan Nataru, Tol dan Daya Beli Diduga Jadi Pemicunya

MALIOBORONEWS.ID, Yogyakarta – Para pengelola hotel di Kabupaten Bantul mengeluhkan penurunan signifikan tingkat hunian selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) tahun ini. Padahal, momen Nataru biasanya menjadi kesempatan emas bagi industri perhotelan untuk meningkatkan okupansi.

General Manager Ros In Hotel, Vita Djengkau, mengungkapkan bahwa tingkat hunian hotel di tempatnya biasanya mencapai 88%-90% selama Nataru. Namun tahun ini, angka tersebut turun drastis menjadi hanya 62%.

“Kami dulu rata-rata untuk liburan Nataru bisa di 88%. Sekarang hanya 62%,” kata Vita, Sabtu (4/1/2025).

Tren serupa juga dialami oleh hotel-hotel di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Berdasarkan data sementara Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), tingkat hunian hotel selama liburan Nataru di wilayah DIY hanya mencapai 82%, lebih rendah dibandingkan biasanya yang bisa mencapai 90%.

Menurut Vita, meskipun ada tiga hari pada 27-29 Desember 2024 yang mencatat tingkat hunian hingga 90%, rata-rata keseluruhan tetap jauh dari ekspektasi. Penerapan strategi dynamic pricing pun belum mampu mendongkrak angka okupansi secara signifikan.

Dugaan Penyebab Penurunan

Vita menduga, keberadaan tol yang sudah terhubung ke Yogyakarta menjadi salah satu faktor utama penurunan okupansi. Kelancaran arus lalu lintas membuat wisatawan lebih mudah pulang-pergi tanpa perlu menginap.

Ketua PHRI Bantul, Yohanes Hendra Dwi Utomo, menambahkan bahwa penurunan daya beli masyarakat juga turut memengaruhi situasi ini. Menurutnya, tingkat okupansi hotel di Bantul selama Nataru berkisar antara 78%-80%, jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Selain daya beli, Bantul memang tertinggal dalam pengembangan obyek wisata. Banyak wisatawan akhirnya memilih menginap di Sleman atau Kota Yogyakarta yang memiliki lebih banyak pilihan hotel,” ujar Yohanes.

Kabupaten Lain Justru Naik

Sementara itu, tingkat hunian hotel di Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo menunjukkan tren positif. Banyaknya destinasi wisata baru di dua wilayah ini menjadi daya tarik bagi wisatawan, sehingga meningkatkan kebutuhan akan penginapan.

Yohanes menilai Bantul perlu berbenah agar bisa bersaing dengan kabupaten lain di DIY. “Obyek wisata di Bantul tampaknya stagnan, tidak banyak perkembangan. Jika terus begini, Bantul akan semakin tertinggal,” tegasnya.

Penurunan tingkat hunian hotel di Bantul menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pariwisata daerah. Inovasi dalam pengembangan destinasi wisata dan peningkatan fasilitas penginapan diyakini menjadi langkah penting untuk memulihkan kondisi ini.(lin)

Penulis: Erfanto LinangkungEditor: Afnan Harifi
Exit mobile version