MALIOBORO – Generasi millenial terancam tunawisma, pasalnya mereka akan kesulitan mendapatkan rumah, terutama rumah tapak. Mahalnya harga tanah di samping masih bertele-telenya izin perumahan mengakibatkan harga rumah di DIY kian melambung.
Hal inilah yang mulai ditangkap oleh para pengembang, terutama pengembang luar DIY. Para pengembang seperti Real Estate Indonesia (REI) melihat ketika rumah tapak harganya sudah tidak realistis lagi akibat melambungnya harga lahan, maka hunian vertikal akan menjadi solusi ampuh terkait tempat tinggal di masa depan.
Sejumlah pemain perumahan dari luar kota dengan kekuatan modal yang cukup besar mulai menanamkan investasinya di Yogyakarta. Investor-investor besar dari luar kota mulai menawarkan hunian vertikal dalam bentuk apartemen dan kawasan pendukungnya.
Ketua DPD REI DIY, Rama Adyaksa Pradipta menilai, terbatasnya lahan dan mahalnya harga pembebasan tanah menjadi pemantik melambungnya harga rumah tapak. Generasi millenial semakin berat untuk dapat memenuhi kebutuhan hunian khususnya di Yogyakarta.
“Di pusat kota harga lahan sudah tidak realistis lagi. Dan pengembang melirik daerah penyangga,” tuturnya.
Akibatnya, generasi millenial harus memilih alternatif hunian vertikal, yakni rusun dan apartemen. Hunian vertikal, baik itu rusunawa maupun apartemen, sebenarnya dari sisi luasan tidaklah begitu berbeda dengan rumah tapak. Namun, yang terlihat mewah dan mahal adalah fasilitasnya.
Hunian vertikal baik rusun ataupun apartemen mulai banyak bermunculan di wilayah ini. Hanya saja, sampai saat ini para pemain hunian vertikal yang gencar melakukan ekspansi ke Yogyakarta baru pengembang nasional. Mereka membidik pasar kalangan atas, seperti Mataram City, Student Castle, juga Uttara.
“Harga hunian vertikal sebenarnya bisa lebih terjangkau dengan kisaran harga Rp300 juta. Harga yang sama dengan solusi yang ditawarkan REI DIY untuk mengatasi kebutuhan rumah untuk kalangan menengah di Yogyakarta. Harga tersebut sesuai dengan kantong generasi millenial. Kami sebagai pengembang pun mengimbau agar generasi millenial mulai membiasakan diri untuk tinggal di hunian vertikal atau apartemen yang terhubung dengan transportasi masal,” terangnya.
(Erfanto linangkung)