MALIOBORONEWS, Yogyakarta – Selama ini orang beranggapan jika koperasi adalah organisasi tua yang lamban. Tidak salah memang. Survei Indonesian Consortium for Cooperative Innovations (ICCI) menyimpulkan, bahwa sebagian besar anggota koperasi adalah Gen X (usia 41-56 tahun) yang jumlahnya 59,1 juta jiwa (21,88%). Kemudian ditambah generasi Baby Boomer (usia 57-75 tahun) sebanyak 11,56% atau 31,3 juta jiwa. Gen X dan Baby Boomer kita sebut saja kelompok orang tua, totalnya 80,6 juta orang.
Oleh karena itu Pemerintah Kota Yogyakarta mendorong modernisasi koperasi untuk menarik bergabungnya generasi milenial dan generasi Z menjadi anggota koperasi. Salah satu upaya Pemkot Yogyakarta adalah melalui Pameran Smaradahana pada 4-5 November 2023 di kompleks Taman Pintar Yogyakarta. Pameran ini menampilkan produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan jasa dari koperasi-koperasi di Kota Yogyakarta. Pameran Smaradahana ini adalah kali kedua diadakan oleh Pemkot Yogyakarta.
Menurut Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo, selama ini keanggotaan koperasi banyak diisi oleh orang-orang tua. Tentu saja ini menjadi tantangan bagi semua agar koperasi bisa masuk ke generasi milenial, mengingat manfaat koperasi yang besar, serta tujuan koperasi sangat bagus, yaitu dari, oleh, dan untuk menyejahterakan anggota.
“Ini adalah satu promosi dari Pemkot Yogyakarta untuk mengenalkan kepada para milenial agar bisa bergabung dengan koperasi,” kata Singgih saat membuka Pameran Smaradahana, di Taman Pintar Yogyakarta, Sabtu (4/11).
Singgih menjelaskan ada 3 kata kunci yang harus dilakukan agar koperasi dinamis dan bisa menarik generasi milenial. Pertama koperasi harus beradaptasi, misalnya dari segi strategis dan promosi. Kedua, koperasi harus melakukan inovasi, misalnya produk tidak hanya simpan pinjam tapi sektor usaha lain dan melakukan digitalisasi dalam pengelolaan koperasi. Ketiga, kolaborasi sehingga koperasi harus berkolaborasi maupun bermitra dengan pihak lain.
“Supaya koperasi diminati anak-anak milenial, koperasi harus keren. Mungkin dari pengemasannya, aktivitas, dan lainnya. Kegiatan ini adalah bagaimana menghadirkan koperasi yang keren dengan cara beradaptasi dan penyampaian yang menarik. Mari kita dorong bersama karena koperasi ini tujuannya sangat bagus dan bermanfaat bagi semua,” terangnya.
Pameran Smaradhana tahun kedua ini mengambil tema Koperasi Abad 21: Milenial Hebat, Berkoperasi Modern. Pameran diikuti 30 peserta dari pelaku koperasi dan UMKM yang menjadi anggota koperasi. Produk yang dipamerkan misalnya kuliner, seperti minuman buah, camilan ringan, dan fesyen seperti aneka rajut. Selain pameran ada kegiatan lomba dan edukasi terkait koperasi, antara lain lomba Tik Tok dan karaoke.
“Smaradahana artinya bagaimana kita menjadi cinta sesuatu. Smaradahana ini semarak cinta kepada koperasi bagaimana koperasi bisa dicintai di kalangan anak milenial. Tujuan kegiatan ini juga sesuai instruksi presiden bahwa semua diminta untuk menggunakan produk dalam negeri,” tambah Kepala Dinas Perindustrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo.
Dia menyebut di Kota Yogyakarta terdata ada sekitar 350 koperasi. Sebagian didominasi koperasi berbasis karyawan dan sisanya koperasi berbasis wilayah. Sebagian besar koperasi bergerak pada koperasi simpan pinjam. Untuk itu Pemkot Yogyakarta mendorong koperasi pada sektor riil dan ada produk selain simpan pinjam.
Salah satu peserta pameran adalah koperasi Tunas Pelita dari SMK Koperasi Yogyakarta. Koperasi Tunas Pelita beranggotakan siswa SMK agar lebih memahami koperasi. Produk koperasi itu selain simpan pinjam, ada bisnis retail dan usaha siswa. Koperasi Tunas Pelita berupaya melakukan modernisasi pengelolaan koperasi seperti digitalisasi dalam pembayaran dan promosi koperasi.
“Bagus sekali terutama untuk kalangan muda. Di sini kami berperan dengan siswa supaya lebih memahami koperasi dan belajar koperasi sejak dini,” tandas Humas SMK Koperasi Yogyakarta, Suyati.(ah)