MALIOBORO – Yogyakarta termasuk salah satu provinsi di mana masyarakatnya lebih suka untuk menyimpan uangnya di bank ketimbang berinvestasi. Hal tersebut tercermin dalam masih mendominasinya simpanan dana pihak ketiga yang ada di perbankan ketimbang dengan kucuran kredit mereka.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakartw, Budi Hanoto mengakui hal tersebut. Berbagai faktor melandasi alasan mengapa alokasi kredit dari perbankan belum besar dan masih kalah dengan jumlah tabungan. Ia menduga di antaranya karena bank tengah konsolidasi intern mereka karena harus berhati-hati dalam mengucurkan kredit.
“Bank memang dituntut hati-hati,” ujarnya.
Salah satu kehati-hatian tersebut adalah dengan melihat kemampuan dari calon debitur, di antaranya UMKM. Karena selama ini memang masih banyak UMKM yang belum mampu menyusun laporan keuangan secara baik. Sehingga perbankan belum percaya diri untuk mengucurkan kredit ke pelaku usaha yang belum mampu menerapkan laporan keuangan sesuai standar mereka.
Seharusnya, UMKM mampu menyusun laporan keuangan sesuai standar perbankan, yaitu laporan keuangan yang mampu mencermikan aktivitas keuangan dari UMKM tersebut. Menurutnya, laporan keuangan merefleksikan aktivitas usaha tersebut dan harus memiliki visi pemgembangan usaha.
“Kalau sudah standar laporan keuangannya, bank akan percaya diri untuk memberikan kreditnya,” tambahnya. (Erfanto linangkunf)