MALIOBORO.NEWS – Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan hasil Pilpres April lalu, yang memenangkan pasangan 01 Joko Widodo-Maruf Amin. Hal tersebut pun langsung direspons positif oleh pasar.
IHSG hari ini menguat 44,25 poin (0,75%) ke 5.951,37 setelah sempat terjun cukup dalam setelah Pemilu 17 April lalu. Banyak analis menilai hasil resmi pemilu ini bisa menjadi katalis positif bagi indeks saham dalam jangka pendek.
Kepala Bursa Efek Indonesia Perwakilan Yogyakarta, Irfan Noor Riza mengatakan, pasar menunggu kepastian hukum bagi paslon terpilih, bukan soal pengumuman KPU.
“Pasar sudah mengetahui siapa yang menang, tapi lebih kepada kepastian hukumnya,” ungkap Irfan, Selasa (21/5).
Suasana setelah Pemilu 2019 ini memang riuh rendah dengan berbagai hal yang menurut Irfan cukup mengganggu pergerakan saham di bursa. Irfan menyayangkan banyak narasi yang dilontarkan oleh pihak 01 ataupun 02 merugikan pasar sehingga IHSG bergerak negatif cukup dalam dari posisi 6.507,28 menjadi 5.826,87 atau terdepresiasi 10% sampai akhir sesi perdagangan kemarin.
Irfan juga menyampaikan, berkaca pada Pemilu 2014 pasar akan mulai memperlihatkan kenaikan pada Oktober nanti saat pelantikan sebagai presiden. “Baru setelah itu, tinggal menunggu kabinet yang dipilih sama presiden terpilih,” tambahnya.
Meski begitu, Irfan melanjutkan sentimen eksternal juga masih masih sangat kuat, khususnya soal perang dagang China dan Amerika. Jadi menurut Irfan, untuk rebound IHSG ke level 6.400 ini harus menunggu kepastian dari eksternal juga.
Irfan berharap ada dari pemerintah yang membuat statement yang menenangkan pasar, karena dalam sebulan ini cenderung banyak informasi saling serang yang membuat pelaku pasar menunggu situasi lebih kondusif sehingga IHSG harus tertekan.
“Pelaku pasar saham itu sebagian besar asing dan Indonesia ini negara investasi terbaik ke-2 dunia. Sehingga pasar akan merespon baik jika faktor internal kondusif,” tegas Irfan.
Irfan juga melihat Jokowi Efek di tahun ini masih besar seperti lima tahun lalu. Itu karena pasar berharap pemerintah bisa melanjutkan pekerjaan yang sudah cukup baik selama 4,5 tahun belakangan ini. Sehingga saham-saham yang terkait dengan kondisi politik negara pasti menarik.
“Secara historis yang diburu asing memang itu, karena mereka pasti melihat mana perusahaan yang selama ini profit dengan keadaan politik yang sudah baik dan mana bisnis yang diuntungkan,” jelas Irfan. (ah)