MALIOBORO.NEWS – Lama tinggal wisatawan masih menjadi pekerjaan rumah cukup besar bagi Dinas Pariwisata DIY. Karena selama ini, lama tinggal wisatawan di DIY baru sekitar 2,1 hari. Hal tersebut perlu didorong lagi agar wisatawan lebih lama tinggal di DIY.
Oleh karena itu, Dinas Pariwisata DIY akan berusaha berusaha memperpanjang lama tinggal wisatawan ke wilayah ini. Peningkatan layanan terhadap wisatawan yang datang ke DIY harus dilaksanakan.
“Kita sekarang mengejar kualitas saja. Kalau kuantitas atau jumlah wisatawan, alhamdulillah DIY kunjungannya sudah melampaui target,”tutur Kepala Bidang destinasi Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Arya Nugrahadi saat Capacity Building Wartawan Ekonomi Bank Indonesia di Magelang, Senin (21/10/2019)
Beberapa hal yang akan diupayakan di antara lain adalah dengan menambah Storynomic serta juga memperbanyak wisata malam jam baik di kawasan Malioboro ataupun beberapa destinasi terkenal lainnya. Tujuannya memang untuk memperpanjang masa tinggal wisatawan di DIY.
Arya menuturkan selama ini lama tinggal wisatawan yang ada hanya 2,1 hari masih kalah jauh dengan angka tinggal wisatawan mancanegara di Indonesia sebesar 8 hari lamanya. Bahkan belanja wisatawan sendiri juga masih terbilang kecil baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik.
“Untuk wisatawan mancanegara rata-rata belanja mereka mencapai Rp 9,2 juta sementara wisatawan domestik hanya sekitar Rp2.000.000. Ini perlu digenjot,”tambahnya.
Maka nanti akan ada storynomic dari pelaku wisata terutama untuk tour guide. Storynomic adalah upaya menceritakan unsur budaya pada suatu obyek atau destinasi agar wisatawan memahami dan mengetahui lebih banyak tentang DIY.
Dengan Storynomic tersebut nanti ia berharap akan semakin memperpanjang lama tinggal dan memperbesar belanja mereka di destinasi yang ada di wilayah DIY.
“Akan berbeda ketika wisatawan menikmati Malioboro hanya duduk-duduk, mungkin dua jam selesai. Tapi ketika ada Storynomic bagaimana Malioboro sebagai bagian dari sumbu filosofi Daerah Istimewa Yogyakarta dan apa sejatinya sumbu filosofi tersebut bisa tersampaikan maka wisatawan akan lebih lama tinggal di kawasan Malioboro,”ujarnya.
Storynomic adalah penceritaan konten-konten budaya lokal untuk meningkatkan perekonomian. Dari Storynomic tersebut maka akan menjadi sesuatu hal yang ketika wisatawan tersebut pulang tidak hanya punya pengalaman visual saja tentang Yogyakarta tetapi juga memiliki eksperimen dan juga nilai-nilai budaya Yogyakarta yang bisa mereka bawa pulang.
Dan jika kesan akan DIY lebih dari sekedar visual maka turis ataupun wisatawan ketika pulang akan ada hal yang bisa diceritakan ketika sampai di daerah asalnya. Sehingga harapannya akan ada ada lagi wisatawan dari daerah tersebut yang berkunjung ke wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Sebagai kekuatan pariwisata DIY ke depan maka ada pada budaya dan Storynomic budaya tersebut,”ujarnya.
Untuk awalnya target Storynomic yang akan dilakukan secara terstruktur adalah di kawasan sumbu filosofi Yogyakarta mulai dari panggung Krapyak hingga Tugu golong gilig. Selanjutnya akan berkembang ke Kota Gede, Kedaton Pleret, Kedaton Kerto sampai dengan Imogiri. Lanjutnya yang akan bisa dielaborasi adalah destinasi wisata di mana Mataram seperti Mangunan Dlingo.
Storynomic ini nantinya akan dilaksanakan melalui para tour guide yang ada di kawasan kawasan tersebut. Mereka akan dilatih secara khusus agar bisa bertutur dengan baik terkait dengan sejarah atau budaya destinasi wisata yang mereka jual tersebut. Selama ini memang sudah dilaksanakan namun baru sporadis dan belum terstruktur.
“Kelemahannya belum ada pakem atau standar tertentu terkait dengan sejarah atau cerita yang mereka sajikan,”tambahnya.(erf)