MALIOBORO.NEWS – Ada banyak perubahan secara ekonomi di Malioboro hingga masyarakat yang beraktivitas di sekitar Malioboro.
Dulu Malioboro menjadi tempat bagi warga Yogyakarta untuk melepas lelah di akhir pekan. Hampir setiap akhir pekan selalu penuh dengan orang, baik yang hendak berbelanja maupun sekadar jalan-jalan.
Sekarang sudah tidak lagi. Banyak mal-mal dan pusat perbelanjaan telah menggeser perilaku itu. Malioboro sekarang ini lebih banyak didatangi para wisatawan dari luar Yogyakarta.
Kawasan Malioboro sudah berubah. Malioboro antara dulu sekitar tahun 1970-1990-an dengan sekarang ini sudah berbeda jauh.
Malioboro bukan lagi sebagai jantung perekonomian lagi. Dulu pusat perdagangan ada di Malioboro dan kawasan Jl. Urip Sumoharjo atau sering disebut dengan Jl. Solo.
Sebagai pusat belanja sebelum ada mal, di kawasan Malioboro ada berbagai toko. Mulai dari toko pakaian, sepatu, toko obat/apotek, restoran, toko elektronik, toko alat tulis dan lain-lain. Toko batik, cindera mata/suvenir sebagian besar masih dijajakan oleh pedagang kaki lima.
Perubahan itu Bermula dari Pariwisata
Kini toko-toko mulai berubah. Toko-toko berubah menjadi toko batik dan suvenir seiring dengan geliat pariwisata di Yogyakarta. Selain itu, karena meningkatnya kunjungan wisatawan ke kawasan ini.
Dalam catatan Malioboro.news, ada toko yang sudah hilang atau berganti di antaranya Toko Siswa yang menjual alat tulis, Restoran Colombo yang berpindah ke wilayah lain. Restoran Cirebon yang berada di ujung selatan Malioboro depan Pasar Beringharjo juga tutup.
Beberapa toko pakaian di antaranya toko pakaian Gorilla Jeans juga hilang. Sedangkan lainnya masih ada yang bertahan seperti toko Dinasty Fashion.
Selanjutnya, toko elektronik seperti Setia Budi, Sampurna dan empat toko lainnya juga tutup, berganti produk jualan, atau pindah tempat. Demikian pula sebuah toko kaset recorder yang ada di ujung utara Malioboro juga tutup seiring berganti orang mendengarkan musik lewat kaset, keping elektronik ke model digital.
Toko sepatu yang bertahan adalah Toko Italy dan toko sepatu Nam Hien.
Untuk toko-toko obat Cina masih bertahan. Toko jam saat ini tinggal toko Gunung Mas, sedangkan toko Tan sudah tidak ada lagi. Toko sepeda motor Vespa juga tidak ada lagi.
Malioboro mulai berubah saat booming pariwisata yang didominasi wisatawan domestik. Toko-toko berubah menjadi toko batik dan suvenir. Demikian pula pedagang kaki lima (PKL) jualannya nyaris sama, batik, kaos, suvenir, dan oleh-oleh makanan. (bkn)