Indeks

Naiknya Harga Bawang Picu Inflasi Di DIY

Kemendag Gelar Pantauan Harga

Dinamika harga pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus terjadi. Harga beberapa komoditas terlihat mulai merangkak naik selama bulan Maret 2019 lalu. Akibat naiknya beberapa harga komoditas tersebut, badan Pusat Statistik (BPS) mengalami inflasi sebesae 0,26 persen.

Naiknya harga bawang putih dan bawang merah menjadi penyumbang inflasi terbesar di Kota Gudeg ini. Menyusutnya pasokan bawang di kota ini diduga memicu kenaikan harga dua komoditas ini. Lagi-lagi DIY yang tak mampu memproduksi dua komoditas ini sesuai kebutuhan mengakibatkan ketergantungan terhadap pasokan dari daerah lain.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, JB Priyanto menuturkan, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan Maret 2019 sehingga memberikan andil mendorong terjadinya inflasi diantaranya bawang putih naik 27,16 persen memberikan andil 0,10 persen, bawang merah naik 23,36 persen dengan memberikan andil 0,09
persen.

Sementara kontrak rumah naik 1,03 persen dengan memberikan andil 0,03 persen. Nangka muda, nasi dengan lauk, dan sewa rumah naik 44,53 persen, 0,85 persen, dan 0,81 persen. Masing-masing memberikan andil sebesar 0,02 persen.

Daging ayam ras, teh, semangka, susu untuk balita, brokoli, kembang kol, juice buah, sate, susu kental manis, ongkos jahit, ayam goreng, emas perhiasan, dan sawi hijau naik 1,22 persen, 3,26 persen, 8,23 persen, 1,32 persen, 13,82 persen, 17,15 persen, 4,30 persen, 0,91 persen, 4,37 persen, 3,65 persen, 0,70 persen, 0,76 persen, dan 10,30 persen.

“Masing-masing memberikan andil sebesar 0,01 persen,”ungkapnya.

BPS menghitung, inflasi kali ini disebabkan naiknya indek harga konsumen kelompok bahan makanan naik 0,95 persen, kelompok makanan jadi naik 0,34 persen, kelompok perumahan naik 0,18 persen, kelompok sandang naik 0,48 persen, dan kelompok kesehatan naik 0,34 persen. Sedangkan kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga turun 0,01 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan turun 0,43 persen.

Sebaliknya komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga menahan laju inflasi diantaranya angkutan udara turun 3,26 persen dengan memberikan andil sebesar 0,05 persen. Cabai merah turun 15,27 persen dengan memberikan andil sebesar 0,03 persen. Cabai rawit turun 13,10 persen dengan memberikan andil sebesar 0,02 persen. Sementara jeruk, bensin, ikan keranjang, bayam, telepon seluler, tarip listrik, telur ayam ras, wortel, dan tomat sayur turun 2,75 persen, 0,37 persen, 4,69 persen, 5,24 persen, 2,19 persen, 0,15 persen, 1,11 persen, 5,66 persen, dan 5,2 persen memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Sri Fitriyani menuturkan bila melihat komponen inflasi, tekanan inflasi berasal dari inflasi volatile food yang tercatat sebesar 1,12% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Inflasi volatile food 2019 dipengaruhi oleh komoditas bumbu-bumbuan, terutama bawang merah dan bawang putih sejalan dengan terganggunya pasokan akibat gagal panen ditengah tingginya curah hujan dan kendala impor.

“Komponen administered price masih mengalami deflasi sebesar 0,36% (mtm), meskipun lebih tinggi daripada bulan sebelumnya,”paparnya.

Menurutnya, normalnya permintaan terhadap angkutan udara menyebabkan tarif angkutan udara cenderung menurun. Sementara itu, tekanan harga komoditas bensin masih melanjutkan penurunan sejalan dengan penurunan harga jual bahan bakar minyak oleh Pertamina per 10 Februari 2019. (erf)

Exit mobile version