Indeks

Pengangguran Terbuka DIY Meningkat

penjahit-jogja
penjahit-jogja

MALIOBORO – Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) DI Yogyakarta mengalami peningkatan dari 2,72 persen pada Agustus 2016 menjadi 3,02 persen pada Agustus 2017. TPT DI Yogyakarta dan nasional periode Agustus 2016 – Agustus 2017 memiliki pola yang sama.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, JB Prioyono mengungkapkan, TPT merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja. TPT dapat digunakan untuk memonitoring dan evaluasi perkembangan angka pengangguran. Fluktuasi TPT D.I. Yogyakarta dari Agustus 2015 – Agustus 2017 kisaran 2,5 – 4,5 persen.

“Keadaannya mengalami fluktuasi serta selalu berada di bawah TPT nasional yang berada pada kisaran 5,0 – 6,5 persen,” ujarnya.

Penyebab peningkatan TPT DI Yogyakarta di antaranya penduduk yang telah menyelesaikan pendidikannya selama setahun terakhir masih banyak yang belum terserap dalam pasar kerja. Besarannya mencapai 26,77 persen dari pengganggur yang ada dan 53,35 persen di antaranya penduduk yang baru menyelesaikan DIV/S1.

Penduduk usia 15 tahun ke atas yang pernah bekerja pada lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi, perdagangan eceran dan penyedia minuman belum mendapatkan pekerjaan kembali. Angka ini mencapai 30,60 persen dari penganggur yang ada.

Hasil Sakernas DI Yogyakarta Agustus 2015 – Agustus 2017 menunjukan TPT daerah perkotaan selalu lebih besar dibandingkan daerah perdesaan. TPT perkotaan DI Yogyakarta pada Agustus 2017 sebesar 3,61 persen lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan sebesar 1,66 persen atau berbeda 2,05 persen poin.

“Hal ini terjadi karena di wilayah perkotaan memiliki sektor formal yang lebih banyak dibandingkan wilayah pedesaan. Seperti diketahui bahwa sektor formal lebih sulit dimasuki oleh para angkatan kerja untuk bekerja karena lebih banyak menggunakan keahlian atau syarat-syarat tertentu dibandingkan sektor informal,” paparnya.

Selain itu, peningkatan itu disebabkan juga karena penduduk pedesaan biasanya tidak terlalu selektif memilih lapangan pekerjaan, sehingga akan melakukan kegiatan apa saja walau hanya sebagai pekerja keluarga, pekerja bebas pertanian dan sebagian masih bertahan di pedesaan dengan berusaha mencari pekerjaan dengan cara melaju (nglajo/commuter/pulang-pergi/ulang-alik) ke perkotaan, apalagi dengan kemudahan kepemilikan kendaraan bermotor dan semakin baiknya kondisi infrastruktur seperti fasilitas jalan raya.

(erfanto linangkung)

Exit mobile version