Indeks

Terapkan Corporate Farming dari Bank Indonesia, Petani Bantul Mampu Tekan Ongkos Produksi 50 Persen Lebih

Corporate Farming

MALIOBORO.NEWS – Dalam rangka Program Ketahanan Pangan dan implementasi inovasi pengelolaan usaha tani dengan sistem Corporate Farming di Kabupaten Bantul, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (BI DIY) bekerjasama dengan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kab.Bantul, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY dan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) melaksanakan Program Klaster Pangan Komoditas Padi dengan Sistem Corporate Farming dan Ramah Lingkungan, periode tahun 2018 – 2020 dengan Mitra Binaan Kelompok Tani Barokah di Bulak Ancak, Desa Blawong I, Kabupaten Bantul.

Kepala Perwakilan BI Yogyakarta, Hilman Tisnawan mengatakan, program ini merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian BI DIY dengan Fakultas Pertanian UGM dengan judul “Penerapan Corporate Farming di DIY “.
Sistem Corporate Farming merupakan usaha tani sehamparan yang pengelolaannya dilaksanakan dengan cara konsolidasi lahan.

Dalam Corporate Farming, lanjutnya, keputusan proses pertanian dari hulu sampai dengan hilir dilakukan dalam satu keputusan dan berpedoman kepada Good Agriculture Practices (GAP) dan Standard Operating Procedure (SOP) yang disepakati bersama.

“Secara ekonomi, sistem Corporate Farming diprediksi mampu memberikan keuntungan berupa efisiensi biaya dan proses produksi,”ujarnya.

Sistem ini juga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, meningkatkan penguatan kelembagaan petani sehingga akan membuka akses ke lembaga keuangan formal, dan mampu menahan laju konversi lahan pertanian produktif ke lahan konsumtif.

Menurut Hilman, penerapan corporate farming tersebut sejalan dengan tujuan utama Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas inflasi, terutama terkait dengan karakteristik inflasi di Indonesia yang cenderung bias supply side. Di samping juga untuk menjaga pasokan komoditas menjadi faktor fundamental dalam menjaga harga komoditas khususnya bahan pangan (volatile food).

“Peningkatan produktivitas pertanian tentu akan meningkatkan hasil pertanian sehingga pasokan akan terjaga,”paparnya.

Dalam panen Perdana Demplot (lahan percontohan) Padi Corporate Farming Ramah Lingkungan di lahan seluas 6 Hektar yang dimiliki oleh ±77 masyarakat petani dan pemilik lahan yang digarap oleh Tim Teknis secara konsolidasi. Hasil panen akan dikelola secara bersama untuk dipasarkan dan persiapan masa tanam berikutnya.

Selanjutnya, hasil dari proses produksi perdana akan menjadi bahan evaluasi pada masa tanam berikutnya dalam satu siklus produksi lahan.
Dari hasi penelitian, diketahui bahwa sebelum program ini dimulai, pengelolaan lahan di Bulak Ancak sudah dilakukan dengan metode konsolidasi lahan namun masih terkendala dengan keterbatasan sarana pendukung dan keterampilan petani dan belum ada SOP yang mengatur sistem konsolidasi.

Selain itu, hasil panen masih dikelola secara masing-masing petani penggarap/pemilik lahan, dan sebagian besar masih dikonsumsi sendiri karena produksi kurang optimal sehingga beras yang dihasilkan masih sedikit.
Untuk itu, dilakukanlah uji coba (demplot) pengelolaan lahan secara modern dari hulu ke hilir, mulai dari proses produksi, mekanisasi pertanian, financing, pemasaran sampai pengolahan paska panen. Lesson learned penerapan corporate farming mampu meningkatkan produksi gabah sebesar 42%, menekan biaya produksi sampai dengan 50% dan efisiensi kebutuhan benih dari yang tadinya 25 kg/hektar turun menjadi 15 kg/hektar.

“Harapannya program ini dapat terus dilanjutkan dan menjadi pusat edukasi corporate farming DIY yang memberikan contoh pengelolaan lahan tani modern corporate farming yang mampu meningkatkan produktifitas padi, meningkatkan kesejahteraan petani dan terhubung dengan banyak pihak untuk mendukung manajemen corporate farming,”tambahnya.(erf)

Exit mobile version