Indeks
BI, EKONOMI  

BI Waspadai Risiko Berlanjutnya Tren Pelemahan Rupiah

MALIOBORO – Bank Indonesia akan terus memonitor dan mewaspadai risiko berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah, baik yang dipicu oleh gejolak global maupun yang bersumber dari kenaikan permintaan valas oleh korporasi domestik. Untuk itu, Bank Indonesia akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah sesuai fundamentalnya.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Sri Fitriyani mengatakan, sejalan dengan perkembangan di tingkat nasional, dampak pelemahan nilai tukar terhadap aktivitas perekonomian DIY belum dirasa sampai dengan saat ini. Karakteristik perekonomian DIY yang ditopang oleh UKM dan sektor jasa cenderung menyebabkan transmisi pelemahan nilai tukar tidak terlalu berdampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi di DIY.

Selain harga yang masih stabil, sektor pariwisata yang merupakan motor penggerak perekonomian DIY juga masih tumbuh yang tercermin dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara secara cumulative year on year (Januari-Februari 2018 dibanding Januari-Februari 2017) yang tumbuh sebesar 9,35% atau meningkat dari 29.654 wisman menjadi 32.426 wisman.

“Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta akan terus memonitor dan mencermati perkembangan pergerakan nilai tukar dalam rangka memitigasi risiko ber perlemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar,”tuturnya.

Wanita yang akrab dipanggil Fifi ini mengakui, optimisme investor terhadap prospek perbaikan perekonomian AS mendorong penguatan mata uang AS (USD), seiring dengan peningkatan imbal hasil (yield) surat utang AS (US treasury bills) hingga mendekati 3%.

Selain itu, munculnya kembali ekspektasi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebanyak lebih dari 3 kali selama tahun 2018 juga berdampak terhadap pelemahan semua mata uang negara maju, antara lain JPY -0,25%, CHF -0,27%, SGD -0,35%, dan EUR -0,31%.

Dalam periode yang sama, mayoritas mata uang negara emerging market, termasuk Indonesia, juga melemah.(fan)

Exit mobile version