MALIOBORO.NEWS – Pada Maret 2020, inflasi DIY tercatat menurun dibanding bulan sebelumnya menjadi 0,07% (mtm). Dengan realisasi tersebut, laju inflasi DIY secara akumulatif sampai dengan Maret 2020 tercatat 0,74% (ytd) atau secara tahunan yakni 2,95% (yoy).
“Penyumbang terbesar dari inflasi tersebut adalah kenaikan harga emas yang terjadi sebulan terakhir,” terang Kepala Badan Pusat Statistik DIY, JB Priyanto.
Ia menuturkan andil terbesar yang mendorong terjadinya inflasi adalah emas perhiasan yang naik sebesar 4,98 persen. Sementara kelompok yang relatif stabil adalah pendidikan dan penyediaan makanan serta minuman.
“Laju inflasi kalender yaitu Maret 2020 terhadap Desember 2019 sebesar 0,74 persen. Dan laju inflasi year on year atau Maret 2020 terhadap Maret 2019 adalah 2,95 persen,” tuturnya.
Menurutnya, naiknya indeks harga konsumen kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,40 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya sebesar 0,09 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,13 persen.
Kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen; kelompok transportasi sebesar 0,18 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,11 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya naik sebesar 0,80 persen.
“Sedangkan kelompok lainnya mengalami deflasi,” ujarnya.
Kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok makanan, minuman dan,embakau sebesar 0,19 persen serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,10 persen.
Sementara kelompok yang relatif stabil yaitu kelompok pendidikan dan kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Hilman Tisnawan menyebutkan capaian inflasi DIY sedikit lebih rendah dibanding inflasi nasional, yaitu 2,96% (yoy) dan masih berada pada sasaran yang ditetapkan, yakni 3,0%±1% (yoy).
“Adapun keyakinan konsumen di DIY tetap terjaga baik, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen Maret 2020 yang masih tinggi pada level 133,8 yang menunjukkan konsumsi masyarakat masih cukup kuat,” paparnya.
Terkendalinya inflasi DIY pada Maret 2020, terutama disebabkan oleh penurunan harga kelompok harga pangan bergejolak (volatile food). Sementara, tekanan harga dari kelompok inti (core inflation) maupun kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) justru mengalami peningkatan.
Menurutnya, kelompok volatile food mengalami deflasi, utamanya disebabkan oleh komoditas aneka cabai dan bawang putih. Komoditas cabai merah mengalami penurunan harga -26,61% (mtm) dengan rata-rata harga bulanan Rp40.300 berdasarkan pencatatan PIHPS.
“Adapun cabai rawit turun -33,80% (mtm) ke rata-rata harga bulanan Rp35.000. Penurunan harga ini disebabkan oleh panen yang terjadi di beberapa daerah sentra di DIY,” tambahnya.
Sejak 11 Maret 2020, 1.500 ton impor bawang putih telah masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan telah didistribusikan ke daerah termasuk DIY. Hal ini menyebabkan pasokan bawang putih di pasar kembali stabil dan harga turun ke rata-rata normal.
Selain itu Kementerian Pertanian pada akhir Maret 2020 juga telah menambah kuota impor bawang putih menjadi 450 ribu ton, sehingga dapat mengamankan stok bawang putih hingga akhir tahun. Agar kelancaran distribusi tetap terjaga di tengah kondisi physical distancing, saat ini TPID DIY berupaya mendorong penjualan bahan pokok secara online.
Berbagai komoditas pangan saat ini dapat dibeli melalui aplikasi maupun web seperti Ipangandotcom, Titipku, hingga Sonjo-Pangan. Untuk mendorong penggunaan transaksi non tunai, Bank Indonesia juga membebaskan biaya transaksi (merchant dicount rate/MDR) melalui QRIS bagi usaha mikro di berbagai pasar.
Dari kelompok inflasi inti secara umum tercatat meningkat, utamanya disebabkan oleh komoditas emas perhiasan dan gula pasir. Komoditas emas perhiasan mengalami inflasi 4,98% (mtm) sebagai akibat dari faktor global. Rata-rata harga emas dunia pada Maret 2020 melonjak 0,6% (mtm) ke level USD1604/oz, menjadi level harga tertinggi dalam 7 tahun terakhir.
Pada komoditas gula pasir sempat terjadi penurunan produksi akibat kelangkaan pasokan bahan baku. Namun demikian menjelang akhir Maret 2020 pasokan gula telah masuk ke Bulog Divre DIY dan diperkirakan pasokan gula di April 2020 telah kembali lancar. Untuk mencegah peningkatan harga secara berlebih, TPID dan Satgas Pangan telah melakukan berbagai upaya pengawasan untuk mencegah penimbunan stok dan margin berlebih di pasar.
Sementara itu, komponen administered price sedikit mengalami inflasi, yang disebabkan oleh komoditas rokok. Kenaikan cukai rokok sebesar 23% (yoy) telah efektif berlaku sejak Januari 2020. Hal ini menyebabkan komoditas rokok mengalami kenaikan harga secara bertahap hingga akhir tahun.
“Adapun pada komoditas angkutan udara terus mengalami penurunan penumpang seiring lesunya aktivitas pariwisata di DIY. Sehingga tarif tiket angkutan udara di DIY secara rata-rata mengalami penurunan -0,08% (mtm),” terangnya.
Bank Indonesia memperkirakan inflasi DIY 2020 akan berada pada titik tengah sasaran. Untuk mencapai sasaran tersebut, Bank Indonesia bersama TPID DIY berkomitmen untuk terus memantau perkembangan harga dan kecukupan stok pangan serta pelaksanaan distribusinya. Selain itu, juga akan terus meningkatkan sinergi dan koordinasi antarlembaga agar stabilitas harga di DIY dapat terus terjaga. (erf)