MALIOBORO – Konsolidasi yang dilakukan oleh
perbankan syariah di DIY dalam beberapa tahun terakhir mulai
menunjukkan hasil kinerja yang positif di Triwulan IV 2017. Berdasarkan data Bank Indonesia, Perbankan syariah di DIY mampu menjaga pertumbuhan aset pada tingkat 15,81%
(yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta, Budi Hanoto
mengatakan, walaupun sedikit menurun dari triwulan sebelumnya sebesar
16,56%. Peningkatan aset tersebut didorong oleh kinerja penyaluran
pembiayaan yang kembali menunjukkan tren pertumbuhan sebesar 15,71%
(yoy), yang tertinggi dalam 8 triwulan terakhir.
“Sementara itu penghimpunan dana meneruskan tren pertumbuhan sebesar
19,36% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar
14,96%,”tuturnya.
Secara nominal, pertumbuhan penghimpunan dana yang lebih besar dari
pertumbuhan pembiayaan menyebabkan intermediasi Perbankan Syariah
dilihat dari Financing to Deposit Ratio (FDR) turun menjadi 67,46. Hal
tersebut membuka ruang bagi perbankan syariah untuk meneruskan
ekspansi pembiayaan yang dilakukan.
Di sisi lain konsolidasi yang dilakukan berhasil menekan pembiayaan
macet (Non Performing Financing/NPF) yang terus turun mencapai tingkat
1,07% Penetrasi perbankan syariah di DIY cenderung tinggi, di mana
pangsa aset perbankan syariah di DIY selalu lebih tinggi dari
nasional. Saat ini pangsa perbankan syariah telah berkontribusi 8,32%
dari aset Bank Umum, lebih tinggi dibanding pangsa aset perbankan
syariah nasional sebesar 5,81%.
Pertumbuhan kinerja penghimpunan dana perbankan syariah terjadi pada
ketiga jenis simpanan, baik giro, tabungan, maupun deposito. Dari
sisi pendanaan, dana pihak ketiga perbankan syariah didominasi oleh
tabungan (porsi 55,11%), diikuti oleh deposito (porsi 35,92%) dan giro
(porsi 8,97%). Pertumbuhan tabungan terus mengalami peningkatan dari
20,56% (yoy) pada Triwulan III 2017 menjadi 21,94% (yoy) pada triwulan
laporan. (erfanto linangkung)