MALIOBORONEWS.ID, Yogyakarta – Hujan deras tak menyurutkan langkah Isnaini dan suaminya, Hardiyanto. Pagi itu, mereka menaiki sepeda motor tua menuju Kantor Pegadaian Wonosari, Gunungkidul. Di atas keronjot yang diikat kuat, ada beberapa kantong plastik transparan berisi sesuatu yang berat, uang koin.
Setibanya di sana, mereka dengan sabar memindahkan plastik-plastik itu ke dalam kantor. Petugas Pegadaian yang penasaran segera menyambut mereka. Setelah komunikasi singkat, proses penghitungan dimulai. Selama satu jam penuh, koin demi koin dihitung dengan teliti. Hasilnya mengejutkan: total Rp 15 juta dalam pecahan Rp 500 dan Rp 1.000, semuanya rapi dipisah dan dilakban.
Tabungan Sederhana, Impian Besar
Kisah ini bermula di tahun 2022. Isnaini, seorang ibu rumah tangga sekaligus pengelola toko kelontong, mulai menabung koin receh yang ia dapat dari pelanggannya. Alih-alih mengabaikan uang receh, ia menyimpannya dalam celengan berbentuk kucing. Prinsipnya sederhana: sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.
“Kami sudah ambil sebagian untuk biaya sekolah anak,” tutur Isnaini sambil tersenyum. Dari Rp 15 juta, pasangan ini sebelumnya menggunakan Rp 3,5 juta untuk biaya pendaftaran sekolah anak kedua mereka. Anak sulungnya kini menuntut ilmu di pondok pesantren, sementara anak keduanya baru saja masuk sekolah dasar.
Trauma Menabung, Beralih ke Emas
Keputusan Isnaini dan Hardiyanto untuk menabung dalam bentuk emas bukan tanpa alasan. Beberapa tahun lalu, mereka pernah mengalami pahitnya kehilangan uang di sebuah koperasi yang bangkrut. “Rasanya sakit sekali, uang bertahun-tahun hilang begitu saja,” kenang Isnaini dengan mata berkaca-kaca.
Pengalaman itu membuat mereka lebih berhati-hati. Kali ini, emas menjadi pilihan karena dinilai lebih aman dan stabil. Dengan harga emas saat ini, Rp 15 juta mereka berhasil dikonversi menjadi 10,6 gram emas batangan Antam.
Mengajarkan Anak Nilai Tabungan
Tak hanya untuk masa depan keluarga, Isnaini juga ingin memberi teladan kepada anak-anaknya tentang pentingnya menabung dan berinvestasi. “Prinsipnya, seperti memberi makan kucing celengan ini. Sedikit demi sedikit, lama-lama penuh,” ujarnya sembari tersenyum bangga.
Sebelum akhirnya membawa tabungan mereka ke Pegadaian, pasangan ini membutuhkan tiga hari penuh untuk menghitung seluruh koin. Mereka melakukannya bersama-sama di sela waktu luang, membuktikan bahwa kerja keras dan ketekunan selalu membuahkan hasil.
Sebuah Inspirasi di Tengah Kesederhanaan
Kisah Isnaini dan Hardiyanto ini bukan hanya tentang menabung, tetapi juga tentang harapan, ketekunan, dan cara menghadapi rintangan hidup dengan bijak. Dengan emas yang kini mereka miliki, Isnaini merasa lebih tenang menatap masa depan.
“Yang penting, ini aman. Kami bisa sedikit lega untuk ke depannya,” tutupnya dengan senyum penuh harapan.(diceritakan kembali oleh Linangkung)